Home > Sejarah

Pesawat Berisi 182 Jamaah Haji Indonesia Meledak Menabrak Bukit Nabi Adam di Srilangka

Kecelakaan pesawat Martin Air pada 1974 yang dikenal sebagai Tragedi Kolombo itu membuat 182 jamaah haji Indonesia meninggal dunia.

Menukil pemberitaan Antara, di Srilangka, empat jam sejak pesawat Martin Air itu tinggal landas dari Surabaya, Peerkhan Seiyadu yang saat itu berumur 36 tahun, dikejutkan oleh deru suara pesawat yang lebih keras dari biasanya. Saat itu pukul 8 malam waktu Srilanka, Sieyadu melihat pesawat yang terbang terlalu rendah dari arah timur dan tampak hendak menghindari tebing tinggi berselimutkan kabut.

"Terlambat, tebing tinggi itu tak bisa dihindari. Pesawat itu menabrak tebing, lalu memercikan api, hancur berkeping-keping," kisah Sieyadu kepada Antara, 36 tahun kemudian, di Maskeliya, Srilangka.

BACA JUGA: SssTiktok, Download Video TikTok tanpa Watermark, Cepat, Aman, dan Gratis

Puncak perbukitan yang ditabrak pesawat adalah kawasan yang belum pernah dicapai orang sebelumnya. Sieyadu menyebut tak ada satu pun korban ditemukan dalam keadaan utuh kecuali jenazah pramugari Belanda yang kondisi tubuhnya sudah sangat mengkhawatirkan.

Beberapa pekan setelah peristiwa tragis dan investigasi mengenai kecelakaan itu rampung, pemerintah Indonesia membangun monumen, sekitar 400 meter dari tebing di mana kecelakaan terjadi. Tebing itu dikenal sebagai puncak kelima dari rangkaian tujuh puncak yang belum pernah ditaklukan manusia. Orang Srilangka menyebutnya "Anjimalai" atau "Seven Virgins."

BACA JUGA: Soal Rendang Babi, Gus Mus Sebut Korupsi Lebih Najis daripada Makan Babi dan Minum Bir

Di daerah itu, ada satu puncak yang terkenal ke seluruh dunia, Adam`s Peak atau Sri Pada, yang diyakini banyak pemeluk agama di Asia Selatan dan sebagian Timur Tengah sebagai tempat suci. Kaum Muslim dan Kristen mempercayai puncak itu sebagai tempat di mana Nabi Adam pertama kali menjejakkan kaki di bumi.

Pemeluk Budha yang mayoritas di Srilanka sendiri meyakini telapak kaki di puncak gunung itu adalah milik Sidharta Budha Gautama, sedangkan umat Hindu mengklaimnya sebagai jejak Dewa Syiwa. Daerah berbukit-bukti di Maskeliya itu sekilas mirip kawasan sekitar Danau Toba di Sumatera Utara, sementara jalanan yang menjadi jalur untuk mencapainya mirip daerah Pusuk, Gili, di Pulau Lombok.

BACA JUGA: Polemik Rendang Babi, Dengarkan Nasihat Gus Dur Soal Pluralisme Makanan dalam Seporsi Nasi Padang

× Image