7 September 1940, Mengenang Kelahiran Gus Dur: Satu-satunya Kiai yang Jadi Presiden Indonesia
Salah satu dampak jatuhnya Soeharto adalah pembentukan partai politik baru. Di bawah rezim Soeharto, hanya terdapat tiga partai politik: Golkar, PPP dan PDI. Dengan jatuhnya Soeharto, partai-partai politik mulai terbentuk, dengan yang paling penting adalah Partai Amanat Nasional (PAN) bentukan Amien dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bentukan Megawati.
Pada Juni 1998, banyak orang dari komunitas NU meminta Gus Dur membentuk partai politik baru. Ia tidak langsung mengimplementasikan ide tersebut. Namun pada Juli 1998 Gus Dur mulai menanggapi ide tersebut karena mendirikan partai politik merupakan satu-satunya cara untuk melawan Golkar dalam pemilihan umum.
BACA JUGA: Sejarah Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi Tahun 1998: Ratusan Orang Tewas Dibacok dan Dibakar
Gus Dur menyetujui pembentukan PKB dan menjadi Ketua Dewan Penasihat dengan Matori Abdul Djalil sebagai ketua partai. Meskipun partai tersebut didominasi anggota NU, Gus Dur menyatakan PKB terbuka untuk semua orang.
Dalam pertemuan di Ciganjur pada November 1998, Gus Dur, bersama dengan Megawati, Amien, dan Sultan Hamengkubuwono X kembali menyatakan komitmen mereka untuk reformasi. Dan pada 7 Februari 1999, PKB secara resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat pemilihan presiden.
BACA JUGA: Sejarah SCBD: Dari Peternakan Sapi, Kawasan Perkantoran Elite, Kini Jadi Citayam Fashion Week
Ketika Pemilu digelar pada Juni 1999, PKB meraih 12 persen suara. Namun pemenang Pemilu 1999 adalah PDIP yang meraup 33 persen suara. Megawati pun diperkirakan akan memenangkan Pilpres pada Sidang Umum MPR. Sayangnya PDIP tidak memiliki kursi mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB.
Satu bulan setelahnya Amien Rais membentuk Poros Tengah, koalisi partai-partai Muslim. Poros Tengah mulai menominasikan Gus Dur sebagai kandidat ketiga pada pemilihan presiden dan komitmen PKB terhadap PDIP mulai berubah. Amien dan Poros Tengah pada 7 Oktober 1999 secara resmi menyatakan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Dibentak Istri Ajudan, Presiden Gus Dur tak Marah Malah Bilang Gitu Aja Kok Repot