Mudik Ternyata Berasal dari Bahasa Betawi, Ini Asal Usulnya
Dalam catatan sejarah, penduduk Jakarta 70 tahun lalu tidak sampai dua juta jiwa. Meski masih sedikit, gairah menyambut hari raya sangat besar. Jika 10 hari terakhir, orang-orang di Jakarta, khususnya orang Betawi sering likuran atau istilah bekennya iktikaf, yakni bermalam di masjid untuk mengejar malam Lailatul Qadar.
Malam likuran sangat dinanti. Suasana di kampung pada malam hari selama 10 hari terakhir Ramadhan, sudah seperti siang. Halaman rumah diterangi lampu minyak, petromaks, atau lilin. Sementara, tembok-tembok rumah dikapur agar terlihat baru.
BACA JUGA: Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam
Umat Islam saat itu rela banyak begadang sambil mengaji, tadarus, dan berzikir. Saking gigihnya tak jarang para orang tua pada masa itu banyak yang mengkhatamkan Alquran tiga sampai lima kali selama Ramadhan.
Para pemudanya mendaras Alquran sembari begadang. Sedangkan, ibu-ibu dan anak gadis tidak kalah sibuk karena membuat kue Lebaran, seperti kue nastar, lapis, wajik, dan tidak ketinggalan dodol serta tape uli.