5 Ulama Betawi Penjaga Akidah Umat di Zaman Belanda, Nomor 1 Buyutnya Ustadz Yusuf Mansur
3. Guru Mughni dari Kuningan
Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais, lahir di Kampung Kuningan sekitar tahun 1860 M. Awalnya ia belajar dari ayahnya, H. Sanunsi yang seorang ulama kampung setempat. Kemudian ayahnya mengirimkan Mughni remaja ke Mekkah untuk memperdalam agama.
Di Mekkah ia belajar dengan para gurunya antara lain Syaikh Sa’id Al-Babshor, Syaikh Muhammad Sa’id Al-Yamani, Syaikh Muhammad Ali Al-Maliki, Syaikh Muhammad Umar Syattho, Syaikh Ahma Khatib Al-Minangkabawi, hingga Syaikh Nawawi bin Umar Al-Bantani . Selama di tanah suci, Guru Mughni juga berteman baik dengan Guru Marzuqi karena mereka memiliki guru yang sama.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kiai Wahab Tabrakan karena Ngerem Motornya Pakai Kaki
Bahkan setelah keduanya kembali ke Batavia, hubungan mereka tambah erat dengan pernikahan antara putra Guru Mughni yakni KH Ali Sibromalisi yang menikah dengan putri Guru Marzuqi yakni Hj Syaikhoh . Pada tahun 1926 M, Guru Mughni juga mendirikan madrasah Sa’adatud Dara’in yang saat itu menjadi satu-satunya madrasah di Kuningan.
Awalnya bangunan madrasah itu hanyalah rumah kediaman ayahnya. Dalam hal pendidikan memang Guru Mughni memang sangat ketat karena itu ia tidak mengizinkan keluarganya ada yang masuk ke sekolah Belanda, hal ini sebagai wujud perlawanannya. Guru Abdul Rachman dari Pondok Pinang, KH Mughni dari Lenteng Agung, KH. Muhammad Naima atau Guru Naim dari Cipete, KH. Hamim dari Cipete, adalah sederet ulama yang berguru kepadanya.