Jakarta Sebelum Jadi Kota Metropolitan adalah Sawah dan Perkebunan
Tidak heran kalau Encim Liem sangat gusar pada si Akong, calon menantunya yang bertandang ke rumahnya tanpa bawa bandeng. ”Apa-apaan tuh lu pu punye pacar. Bikin malu gue ame tetangga, datang kagak bawa bandeng,” Encim Liem menghardik putrinya.
Pada 1950-an, ribuan empang ikan air tawar terdapat di bagian selatan Jakarta. Sementara para nelayan dengan bergairah, beroperasi dengan perahu layar dan motor tanpa takut disaingi nelayan asing di Teluk Jakarta. Sedangkan di Mampang Prapatan, Buncit, Kuningan, dan Kemang, terdapat ribuan warga Betawi menggantungkan hidup dari beternak sapi.
BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Seperti Kepala dan Peci yang Kekecilan, Dipaksakan
Pagi dan sore hari, ratusan tukang susu mengayuh sepeda mendatangi pelanggannya di kawasan Menteng, Kebon Sirih, Parapatan, Senen, dan Jakarta Kota. Kala itu, Kemang yang sampai 1980-an merupakan perkampungan paling elite di samping Pondok Indah tidak tertera dalam peta ibu kota.
Sampai 1960-an, Kemang hanya merupakan sebuah desa dari kelurahan Bangka. Bahkan sampai 1970-an, Kemang masih sepi. Pendatang yang tinggal masih bisa dihitung dengan jari. Hampir seluruh penduduk warga Betawi, yang hidupnya tergantung dari pertanian, berkebun, dan beternak sapi.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Ibu-Ibu Suka Riya Ibadah Ditanya Bule Soal Salad, Dijawab Saya Sholat 5 Kali Sehari