BBM dan Tarif Ojol Naik, Waktunya Jadikan Sepeda Jadi Alat Transportasi Utama Seperti Zaman Belanda
Warga Eropa, ketika pergi ke kantor di Kota dari Weltevreden (sekitar Gambir dan Pasar Baru), banyak yang menggunakan sepeda, yang saling berseliweran keliling kota Jakarta kala itu. Mereka memakai sepeda merek Batavus atau Fingers sistem doortrap (injak maju dengan rem kaki). Orang pribumi yang kaya menyukai sepeda Raleigh yang penuh aksesoris dan jika berjalan berbunyi tik ..tik ..tik.
Sepeda Raleigh berharga mahal. Orang yang menggunakannya dengan memakai capio (seperti kopiah koboi) dengan baju sadaria dan arloji saku menandai ia orang berdoku.
BACA JUGA: Info Museum: Sejarah, Alamat, dan Harga Tiket Museum Bahari
Di lengannya terdapat akar bahar yang dipercaya sebagai obat anti rematik. Sedangkan di jarinya terdapat serentetan cincin batu, seperti blue safier, kecubung dan akik yang katanya punya khasiat-khasiat. Yang pasti, setelah makan pemakainya akan menjadi kenyang.
Pada tahun 1950-an-1060-an, sepeda motor terkenal seluruhnya buatan Eropa, seperti Java, Norton dan BSA. Motor buatan Jepang, apalagi Cina, belum satu pun yang nongol. Yang juga cukup banyak adalah motor buatan Itali, seperti skuter merek Vespa dan Lambretta. Juga ada motor Mobilette dan Ducati.
BACA JUGA: Calo dan Korupsi Sulit Hilang dari Indonesia karena Sudah Merajalela Sejak Imperium VOC Berkuasa
Namun motor-motor itu harganya tidak terjangkau untuk orang kampung. Hanya orang gedongan dan tajir saja yang bisa memilikinya. Waktu itu nampang sambil naik motor gampang dapat cewek. Hingga ada istilah ‘cewek bensin’.