Home > Sejarah

BBM dan Tarif Ojol Naik, Waktunya Jadikan Sepeda Jadi Alat Transportasi Utama Seperti Zaman Belanda

Sepeda pernah merajai Batavia sebagai alat transportasi utama.

Pertengahan tahun 1950-an, anak-anak sekolah biasa bersepeda ke sekolah. Jika sekarang ada tempat khusus parkir motor dan mobil, di era 1950-an di sekolah-sekolah, bioskop dan kantor ada tempat untuk menyimpan sepeda. Naik sepeda saat itu tidak membahayakan dan hampir tidak pernah terjadi kecelakaan. Bahkan, kita bisa saling ngebut, atau berpacaran dengan naik sepeda.

Meski begitu, pemerintah menerapkan pajak khusus yang disebut peneng untuk sepeda. Peneng dibayarkan setiap tahun.

BACA JUGA: Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice: Cepat, Mudah, dan Dijamin Aman

Belanda dan juga RI pada awal kemerdekaan menerapkan wet atau peraturan yang ketat dalam soal pajak. Naik sepeda yang pajaknya sudah kadalursa bisa kena denda. Bukan hanya sepeda, kala itu ada peneng becak, gerobak, sado dan delman.

Orang harus mengunci sepedanya yang diparkir. Karena, ketika motor masih bisa dihitung dengan jari, pencurian sepeda sering terjadi. Yang banyak dicuri adalah berko — semacam baterai yang digesekkan pada ban sepeda untuk menyalakan lampu. Karena, naik sepeda pada malam hari tanpa menyalakan lampu akan kena denda. Demikian juga becak, sado dan delman. Bahkan, juga ada pajak radio. Pada 1963, ketika TVRI mulai mengudara ada pajak televisi.

BACA JUGA: Cerita Horor Abang Ojol Antar Penumpang Perempuan yang Sudah Meninggal

Sampai pertengahan 1960-an, pegawai kantor pos saat mengantarkan surat-surat menggunakan sepeda. Tidak heran kalau pada pukul 07.00 pagi ratusan pegawai pos berhamburan dari kantor pos di Pasar Baru, Jakarta Pusat, ketempat yang menjadi tugas mereka. Tidak ketinggalan para penagih rekening bersepeda melaksanakan tugas keliling kota..

× Image