Rakyat Indonesia Hidup Susah dari Perang Diponegoro, Inflasi Zaman Soekarno, Krismon Era Soeharto
Masih di tahun 1950-an, harga bir cap jangkar dan bintang seringgit (dua setengah perak). Pada masa itu terkenal dengan istilah prit jigo (dua puluh lima perak), kalau pelanggar lalu lintas ketangkap polisi. Sekarang naik hampir 100 kali lipat menjadi noban atau Rp 20 ribu bahkan bisa cepe ribu alias Rp 100 ribu.
Saat BI lahir pada 1953, Indonesia masih berusaha melepaskan diri dari bayang-bayang cengkeraman penjajah. Hampir bersamaan uang Belanda yang dikenal dengan istilah uang merah didevaluasi dan nilainya menjadi setengah dari nilai resmi. Dikenal dengan istilah gunting untuk Syafrudin.
BACA JUGA: Sempat Saling Bermusuhan, Gus Dur Tetap Berkunjung ke Rumah Soeharto Saat Lebaran
Kala itu belum ada televisi, dan pengumuman gunting uang yang tiba-tiba sangat menghebohkan. Tiba-tiba saja rakyat berbondong-bondong menyerbu toko-toko. Di masa itu gejolak politik terjadi di berbagai daerah. Pengeluaran membengkak dan ekspor belum berkembang.
Dalam masa demokrasi terpimpin (1959-1966), kondisi keuangan pemerintah memburuk akibat saratnya agenda politik. Suhu politik meninggi, sementara tingkat inflasi mencapai 635 persen pada 1966. Pada masa Orde Baru, kondisi negara segera membaik. Tingkat inflasi turun hingga di bawah 10 persen.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Biarkan Pendemo Lempari Rumah Soeharto, Paling Kacanya Pecah
Tapi, pada masa 1983-1997 keuangan negara tertekan akibat turunnya harga minyak di pasaran dunia dan melesunya ekonomi dunia. Kondisi perekonomian yang mulai membaik buyar setelah medio Juli 1997, ketika krisis ekonomi di Asia menjalar ke Indonesia. Di negeri ini, krisis meluas ke berbagai dimensi.
Pada 1997-1999 (masa krisis ekonomi moneter) berbagai kebutuhan pokok menjadi langka di pasaran. Publik kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Demonstrasi dan protes terus bergulir. Perubahan kepemimpinan nasional tidak membawa perubahan. Klimaksnya terjadi 21 Mei 1998 dengan hengkangnya Pak Harto.
BACA JUGA: Berapa Berat Emas Monas, Apakah Jika Dijual Bisa Buat Bayar Utang Negara?
Krisis seperti yang terjadi 11 tahun lalu itu kini terjadi lagi. Beberapa perusahaan terpaksa men-PHK buruhnya. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar terus merosot. Semoga kita berhasil menghadapi krisis global ini.
.
TONTON VIDEO PILIHAN:
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.