Home > Sejarah

Rakyat Indonesia Hidup Susah dari Perang Diponegoro, Inflasi Zaman Soekarno, Krismon Era Soeharto

Di zaman demokrasi terpimpin, Indonesia pernah mengalami inflasi 635 persen pada 1966.
Rakyat Miskin. Dari zaman Indonesia belum merdeka, rakyat Indonesia belum lepas dari penderitaan. Foto: Republika.
Rakyat Miskin. Dari zaman Indonesia belum merdeka, rakyat Indonesia belum lepas dari penderitaan. Foto: Republika.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya, History of Java, pada 1817 memperkirakan penduduk pribumi di Pulau Jawa dan Madura pada abad ke-19 hanya sekitar 4,5 juta jiwa. Jumlah itu berdasarkan cacah jiwa tahun tersebut yang dilakukan selama pemerintahan Inggris di Jawa.

Satu abad kemudian (1930), jumlahnya meningkat hampir 10 kali lipat menjadi 41 juta jiwa. Kini, dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, sekitar dua pertiga mendiami Pulau Jawa. Tidak heran kalau ada yang meramalkan, pada tahun 2030 (satu abad setelah 1930) hampir tidak ada lagi lahan pertanian di Jawa.

BACA JUGA: Demi Ambisi Kuasai Hindia Belanda, Raffles dan Daendels Berperang Hingga Puluhan Ribu Nyawa Prajurit

Tanda-tandanya, sekarang ini longsor terjadi di banyak tempat di Jawa, akibat penggundulan hutan secara semenamena yang juga berdampak banjir. Kini makin santer seruan agar pembangunan di Indonesia bagian timur yang tertinggal jauh dipercepat.

Pendiri kota Singapura, yang berkuasa selama lima tahun di Jawa, itu mencatat rata-rata penduduk makan sehari dua kali. Sekitar pukul 10 pagi dan lima sore, yang disebut makan besar. Pagi hari berupa sarapan.

BACA JUGA: Daendels Bangun Jalan Anyer-Panarukan, Thomas Raffles Pugar Candi Borobudur

Di luar waktu itu disebut mindo. Sarapan juga tidak seperti sekarang. Hanya dengan kopi beserta ubi rebus atau pisang goreng. Kebiasaan itu sampai sekarang masih dilakukan di daerah-daerah pedesaan dan pinggiran kota Jakarta. Tahun 1950-an, pergi ke sekolah hanya diberi jajan sepicis (10 sen).

× Image