Home > Sejarah

Hubungan Tugu Kujang dengan Prabu Siliwangi yang tak Tertandingi

Kini Tugu Kujang tidak segagah dahulu karena sudah dikepung bangunan-bangunan tinggi.

Di era Kerajaan Pajajaran atau sekitar abad ke-14, kujang menjadi senjata masyarakat yang berfungsi sebagai peralatan pertanian. Pusaka ini tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Sunda terutama pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Masyarakat Sunda mengenal senjata ini sebagai Pusaka Prabu Siliwangi.

Peralihan fungsi kujang dari peralatan pertanian berubah ketika bangsa asing datang menjajah Nusantara. Warga Sunda yang belum memiliki persenjataan yang cukup lengkap dan modern sehingga terpaksa mereka menggunakan senjata seadanya untuk melawan para penjajah tersebut. Kujang dipilih menjadi senjata utama melawan penjajah dan mempertahankan kekuasaan wilayah.

BACA JUGA: Penampakan Ular Naga Penghuni Gunung Sunda

Dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Ng Karesian (1518 masehi) ataupun tradisi lisan yang telah banyak berkembang di beberapa daerah. Ada beberapa versi soal asal kata Kujang. Versi pertama kata kujang berasal dari bahasa Sunda kuno yaitu “kudi” dan “hyang”. Kata “kudi” ini sendiri berarti senjata yang memiliki kekuatan gaib, sedangkan “hyang” berarti Dewa.

Versi kedua menyebut kata “ujang” atau yang berarti manusia. Perkembangan teknologi, budaya, sosial, dan ekonomi pada masyarakat Sunda membuat kujang mengalami pergeseran bentuk dan fungsi. Kujang ini juga mulai berubah menjadi senjata yang memiliki nilai simbolik dan sakral.

BACA JUGA: Gara-Gara Arteria, Viral Video Presiden Jokowi Berpidato Pakai Bahasa Sunda

Saat pertama di bangun, Tugu Kujang memiliki latar belakang Gunung Salak sehingga menjadi pemandangan yang menakjubkan. Namun seiring waktu banyak bangunan-bangunan yang menjulang melebihi tinggi Tugu Kujang sehingga menutupi pemandangan Tugu Kujang dengan latar belakang Gunung Salak, salah satunya sebuah hotel yang berdiri tepat di belakang Tugu Kujang.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image