Home > Sejarah

Kisah di Balik Nama Tanah Sereal, Saat Warga Batavia Harus Bayar Sereal untuk Nyebrang Kanal Harimau

Pemerintah Hindia Belanda membangun banyak kanal untuk mengendalikan banjir.

Dalam rangka mempercantik kota, Gubernur Jenderal van Diemen malarang penduduk membangun atau memperbaiki rumah-rumah bambu, terkecuali jika rumah tersebut berjarak 24 kaki dari rumah batu. Untuk mendorong supaya penduduk membangun rumah dari batu, kompeni memberikan pinjaman uang dengan imbalan bunga setengah real kepada mereka yang memiliki tanah dan tidak dibebani pajak. Real adalah mata uang ketika itu. Karena itu, di Jakarta ada istilah ‘Tanah Sereal’ (di Jakbar), yang berarti untuk melewati jalan tol (berupa kanal) harus membayar sereal. Jadi, 400 tahun sebelum dibangun jalan tol, terlebih dulu Jakarta memiliki tol-tol berupa kanal-kanal.

Pada pertengahan abad ke-17, kompeni juga merencanakan pembuatan jalan dan kanal di luar kota. Kanal-kanal itu umumnya digali oleh orang-orang partikelir sebagai sarana yang menghubungkan kota dengan daerah perkebunan tebu dan molen-molen penggilingan gula yang sengaja dibangun di tepi sungai atau kanal-kanal yang digali.

BACA JUGA: Cindaku, Legenda Manusia Harimau Penjaga Gunung Kerinci

Pada 1647 Direktur Jenderal Francisco Caron dan Fariek Silvenagel menggali kanal di sebelah timur kota yang kemudian disebut Kanal Ancol yang masih kita dapati saat ini. Di sebelah selatannya digali kanal lain yang disebut Kanal Sunter, sebutan yang masih berlaku hingga saat ini.

Kepada para penggali kanal (pihak partikelir), VOC memberikan hak memungut tol selama 20 tahun. Kemudian dibangun Kanal Angke, yang dihubungkan oleh sebuah saluran air di sebelah barat kota Batavia. Di sebelah selatan mulai dari Kali Cisadane –yang dalam banjir 2007 mengakibatkan Tangerang tergenang– sampai ke Benteng Angke digali sebuah kanal lain untuk keperluan lalu lintas perahu oleh Lansdrost Vincent van Mook. Kanal ini kemudian diberi nama kanal Mooxer (Mooxervaart).

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image