Kisah di Balik Nama Tanah Sereal, Saat Warga Batavia Harus Bayar Sereal untuk Nyebrang Kanal Harimau
Sebuah peta tahun tersebut memperlihatkan pada setiap kanal sudah ada jembatan, demikian pula dengan bangunan perumahan lainnya seperti dekat belokan Ciliwung. Di atas Ciliwung juga sudah ada jembatan yang menghubungkan kota bagian timur (Kalibesar Timur) dengan bagian barat (Kalibesar Barat).
Di samping terus mengembangkan kota ke arah selatan –sekarang di sekitar Jl Pangeran Jayakarta– penggalian-penggalian kanal terus dilakukan dalam jumlah besar dan lebih lebar. Menurut peta 1628 sampai 1632, selain untuk menangkal banjir, penggalian kanal dilakukan untuk mengamankan kastil yang kala itu menghadapi serangan-serangan para pejuang Islam dari Kerajaan Mataram, Banten, dan pengikut-pengikut Pangeran Jayakarta. Untuk itu, kompeni telah mencoba mengamankan kastil dengan barisan tiang-tiang atau pagar yang amat rapat.
BACA JUGA: Download Video YouTube Ubah Jadi MP3 (Lagu) Lalu Simpan di HP Pakai MP3 Juice, Mudah dan Cepat
Warga Cina yang kala itu mulai banyak berdatangan ke Batavia, terutama sebagai pedagang dan buruh perkebunan, diperintahkan bermukim di sebelah barat Ciliwung, sekitar Kalibesar Barat. Permukiman mereka dipagari dengan kayu setinggi 2,5 meter. Pada tahun 1634 Gubernur Jenderal Hendrik Brouwer membangun gerbang Rotterdam (Rotterdampoort) dan tembok laut pemecah gelombang di muara Ciliwung (Pasar Ikan-Teluk Jakarta) untuk mencegah terjadinya pengendapan yang sekaligus berfungsi sebagai dermaga.
Menurut sejarawan Belanda, de Haan, pembangunan dermaga yang panjangnya 810 meter ada kaitannya dengan pelurusan sungai yang dilakukan sebelumnya. Dengan adanya dermaga seperti itu diharapan gerakan atau aliran sungai menjadi lebih deras yang lambat laun akan mengikis dan menghilangkan endapan lumpur di depan muara Ciliwung.
BACA JUGA: 29 Juli, Hari Harimau Sedunia: Dari 9 Subspesies, 6 Subspesies Kritis, 3 Subspesies Sudah Punah
Ternyata harapan ini terbukti, endapan lumpur menjadi terdesak ke laut. Perubahan morfologi Kota Batavia (Jakarta) lebih disempurnakan lagi oleh Gubernur Jenderal Antonio van Diemen (1535-1645). Tembok keliling kota di tepi barat dibangun dan sejumlah kanal digali seperti Kanal Jonker dan Kanal Melayu.
Bangunan-bangunan yang tadinya terbuat dari kayu atau bambu diganti dengan batu. Di tepi timur digali Parit Banda dan Parit Malabar, sedangkan di sebelah timur kastil digali kanal mulai dari Kalibesar (Ciliwung) sampai gerbang air (Waterpoort), karena melebarnya garis pantai oleh endapan lumpur sungai.