Operasi Petrus Berantas Begal dan Preman: Mayat Dikarungin dan Mengambang di Sungai
Pada 2005 misalnya, aksi preman masih merajalela di pusat bisnis: Glodok – Pancoran. Seorang pemilik toko menceritakan bagaimana para preman memungut parkir sekehendak hati, meminta jatah dari toko dan warung.
Mereka memasang tarif Rp 5-10 ribu untuk parkir. Kalau tidak dikasih kaca mobil bisa pecah. Hal yang sama juga terjadi di Tanah Abang. Tentu juga di tempat lain.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Penggali Kubur Semangat Injak-Injak Kuburan Orang Kaya karena Dendam Pernah Disakiti
Premanisme memang banyak terjadi di kota-kota besar, di dunia. Bukan akhir-akhir ini saja. Seperti pernah dikutip oleh seorang kolumnis di sebuah suratkabar Jakarta, pada April 1965, Robert F Wagner, wali kota New York, melancarkan suatu operasi yang dikenal sebagai Operation Crack-down — si kolomnis menyebutnya sebagai Operasi Kemplang, berperang melawan para bandit. Karena, yang dikemplang adalah pembunuh, perampok, dan mereka yang melakukan kejahatan di malam hari di kereta api bawah tanah New York.
Selama Operasi Kemplang dijalankan, masih terjadi 223 kejahatan. Tapi, jauh menurun dibandingkan sebelum operasi yang mencapai 589 kejahatan di kereta api New York di waktu malam — berarti kejahatan berkurang 62 persen.
BACA JUGA: Benarkah Candi Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman? Ini 10 Buktinya
Hasil ini didapat dengan pengerahan banyak tenaga dan mengeluarkan banyak dana. Operasi berlangsung tiap malam dari pukul 08.00 sampai 04.00 pagi. Untuk lembur dan penambahan polisi menelan biaya 1,8 juta dolar AS.
Pada bulan yang sama sebuah surat kabar memuat berita terjadi perampasan dan penelanjangan di siang hari bolong yang begitu brutal di Jakarta. Peristiwa itu disaksikan cukup banyak orang.
BACA JUGA: Asal Usul Nama-Nama Tempat di Jakarta: Dari Ancol Sampai Kampung Ambon
Setelah melakukan perampasan, penjahatnya tidak melarikan diri, tetapi berkeliaran di tempat itu untuk beberapa menit kemudian mengulangi kejahatannya.Karena itulah, Ali Sadikin, gubernur DKI Jakarta saat itu, menyatakan, ”Banditisme di Ibu Kota harus segera ditumpas”. Tapi, kejahatan di Ibu Kota tidak pernah surut.