Sejarah Berdirinya GP Ansor yang Hari Ini Rayakan HUT ke-88
Pada 1934 PNU berubah lagi menjadi Ansor Nahdlatul Oelama (ANO). Sampai sini meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari NU, namun secara formal belum tercantum dalam struktur dan Banom NU.
Nama Ansor merupakan saran KH A Wahab Hasbullah yang diambil dari nama kehormatan dari Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan Islam dan Negeri. Artinya ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah dan teladan terhadap sikap, perilaku, dan semangat perjuangan para sahabat Nabi Muhammmad yang mendapat sebutan "Ansor" tersebut.
BACA JUGA: Gus Baha: Andai Tahlilan Baik Pasti Dilakukan Sahabat, Gak Mungkin Kan Sahabat Nahlili Nabi Muhammad
Gerakan ANO, yang kini disebut GP Ansor harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagai penolong, pejuang, dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan, dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota GP Ansor.
Pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi yang dipimpin oleh KH. Saleh Lateng, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934 M, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: KH. Thohir Bakri sebagai Ketua, KH. Abdullah Ubaid sebagai Wakil Ketua, H. Achmad Barawi dan Abdus Salam sebagai Sekretaris.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Kiai Kelaparan Usai Pengajian Gara-Gara Panitia Lupa Beri Makan
Dalam perkembangannya secara diam-diam, khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut BANOE (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kini disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937, BANOE menunjukkan kebolehan pertama kalinya dalam baris-berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Mohammad Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Roesdi.