Home > Sejarah

Kisah Punahnya Kebun Buah di Pasar Minggu, Padahal Sudah Ada Sejak Abad ke-19

Pasar Minggu sejak abad ke-19 dikenal sebagai sentral kebun dan penjualan buah-buahan.

Pasar Minggu. Aktivitas pedagang buah di Pasar Minggu abad ke-19. Foto: Tangkapan Layar/Dok Republika.
Pasar Minggu. Aktivitas pedagang buah di Pasar Minggu abad ke-19. Foto: Tangkapan Layar/Dok Republika.

Dari Buah Sampai Doger

Tak hanya menjual buah-buahan sebagai komoditas pertanian utama, di Pasar Minggu juga banyak pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari yang berlangsung dari pukul 07.00 dan berakhir pukul 10.00 pagi. Contohnya adalah pedagang keturuan Tionghoa yang datang setiap hari menjual beras, walaupun aktivitas pedagang saat itu di Pasar Minggu masih terkonsentrasi pada hari Minggu saja.

Lokasi pasar saat itu pun belum permanen. Namun uniknya ada juga kegiatan judi seperti dadu koprok dan pangkalan ronggeng yang dikenal dengan sebutan Doger di Pasar Minggu.

BACA JUGA: Berburu Janda Pejabat Belanda di Batavia, Orang Tionghoa Cari PSK di Mangga Besar

.

Pasar Minggu resmi menjadi sentra buah-buahan saat Pemerintah Hindia Belanda mendirikan laboratorium penelitian tanaman pangan dan buah-buahan dengan sistem modern pada 1921. Di kantor tersebut diadakan penelitian dan rekayasa bibit unggul berbagai jenis tanaman buah untuk kemudian disebarluaskan ke para petani.

Dengan cara itu, Pasar Minggu berkembang menjadi sentra penghasil pertanian, seperti buah-buahan, sayuran, dan susu. Lokasi Pasar Minggu kemudian dipindah ke dekat jalan dekat rel kereta api dekat dengan terminal bus.

BACA JUGA: Kisah Perang Saudara dalam Kesultanan Banten di Balik Asal Usul Ragunan

Karena lokasi Pasar Minggu belum permanen, pada 1930, Pemerintah Hindia Belanda membangun pasar dengan lantai ubin bertiang besi dan beratap seng. Lokasinya berada di terminal bus dan lokasi yang saat ini menjadi PD Pasar Jaya. Sejak saat itu kegiatan jual beli berlangsung setiap hari dan paling ramai saat hari Minggu.

Dari cerita yang Kurusetra dapatkan, memasuki era 1960-an hampir semua penduduk asli Pasar Minggu menjadikan pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Alasannya penghasilan petani buah lebih besar daripada bertani menanam padi di sawah dengan luas lahan yang nyaris sama.

BACA JUGA: Pesawat Inggris Jatuh di Bekasi Jadi Pemicu Pecahnya Perang Karawang-Bekasi

Namun perlahan tapi pasti perkebunan buah di Pasar Minggu musnah gara-gara sejumlah alasan...>>>

× Image