Mitos dan Asal Usul Beringin Kembar di Alun-Alun Yogyakarta
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Alun-alun Yogyakarta kaya akan peristiwa sejarah, termasuk kisah mitos dalam keberadaan pohon beringin kembar. Yogyakarta memiliki dua alun-alun. Pertama Alun-Alun Lor (Utara) yang letaknya di depan Keraton, kedua Alun-Alun Kidul (Selatan) di belakang Keraton. Persamaan dari kedua alun-alun itu adalah keberadaan beringin kembar yang saling bersisian dan mengandung cerita mitos.
Kedua pohon beringin yang tumbuh tepat di tengah-tengah alun-alun itu tidak asal ditanam. Di Alun-Alun Utara kedua pohon beringin diberi nama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru (sekarang bernama Kiai Wijayadaru). Dalam Serat Salakapatra, benih Kiai Janadaru berasal dari Keraton Pajajaran, sementara benih Kiai Dewadaru berasal dari Keraton Majapahit.
BACA JUGA: Gus Dur Ungkap Alasan di Balik Gempa Yogyakarta, Benarkah Gara-Gara Nyi Roro Kidul?
.
Pohon Dewadaru diambil dari kata dewa (Tuhan) dan daru (cahaya), sehingga Dewadaru dapat diartikan sebagai cahaya ketuhanan. Bersama-sama Masjid Gedhe Kauman, Kiai Dewadaru berada di sebelah barat garis sumbu filosofis. Pohon ini menjadi gambaran habluminallah atau hubungan manusia dengan Allah.
Sementara Pohon Janadaru berasal dari kata jana dan daru. Jana berarti manusia, dari berarti cahaya, sehingga Janadaru dapat diartikan sebagai cahaya kemanusiaan.
BACA JUGA: Apa Itu Klitih, Aksi Kejatahan yang Meneror Warga dan Mencoreng Nama Yogyakarta
Letak pohon Janadaru di sisi timur bersisian dengan Pasar Beringharjo dalam sumbu filosofis. Pohon ini bermakna hubungan antara manusia dengan manusia atau habluminannas.
Seluruh permukaan Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan diselimuti pasir lembut. Namun di Alun-Alun Utara saat ini dipagari dan warga dilarang masuk, sementara Alun-Alun Selatan masih diperbolehkan.
BACA JUGA: Legenda Gunung Merapi, Dipindahkan dari Laut Selatan untuk Seimbangkan Pulau Jawa yang Berat Sebelah
Pasir ini dimaknai sebagai laut tak berpantai yang merupakan perwujudan dari kemahatakhinggaan Tuhan. Karena itu, makna dari kedua alun-alun itu adalah Manunggaling Kawula Gusti yakni bersatunya raja dengan rakyat serta bertemunya manusia dengan Tuhannya.
Di Alun-Alun Utara, sebenarnya terdapat 64 pohon beringin. Dua beringin berada di tengah-tengah alun-alun, dan 62 lainnya mengelilingi alun-alun. Angka 64 bermakna usia Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam ketika wafat dalam perhitungan Jawa.
BACA JUGA: Benarkah Gerakan Muhammadiyah dan Wahabi Berkaitan? Ini Jawaban Haedar Nashir
Fungsi alun-alun sendiri adalah...