Home > Sejarah

Pelacuran Merajalela di Batavia, Jakarta Surga Bagi Para Pemburu Syahwat

Jakarta pernah punya kompleks pelacuran terbesar Kramat Tunggak dan striptease disajikan di beberapa klub malam.
Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST
Pelacuran merajalela di Batavia. Bisnis pelacuran di Jakarta sudah ada sejak era Batavia. Foto: IST

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

Pelacuran sudah merajelela sejak awal berdirinya kota Batavia. Akibat kurangnya jumlah wanita saat itu, bisnis pelacuran pun menggeliat. Seperti pada 13 Agustus 1625, hanya enam tahun setelah JP Coen mendirikan Batavia, seorang perempuan pribumi, Maria, mengadukan suaminya, Manuel, pada polisi.

Manuel memaksa dirinya dan budak perempuannya untuk mencari nafkah haram dengan menerima uang lendir setiap hari. Pada Agustus 1631 diketahui beberapa perempuan telah melakukan zina dengan orang-orang Cina dan Banda. Sementara sejumlah orang yang memelihara budak-budak perempuan memerintah mereka untuk melacur setiap harinya. Sementara si pemilik budak tinggal memetik penghasilan besar.

BACA JUGA: Sejak Era Hindia Belanda Orang China Sudah Getol Main Judi

Pelacuran di Jakarta sudah dikenal sejak awal munculnya VOC. Dalam sejarah Betawi tidak dikenal pekerjaaan serupa baik pada masa pra Islam maupun di masa Islam. Orang Betawi sendiri pada awalnya tidak mengenal istilah pelacur yang kemudian dilunakkan sebutannya jadi WTS (Wanita Tuna Susila) dan kini lebih diperlunak lagi jadi PSK (Pekerja Seks Komersial). Orang Betawi menyebutnya dengan cabo yang merupakan adaptasi dari bahasa Cina caibo dan moler berasal dari bahasa Portugis. Sebutan lainnya adalah kupu-kupu malam.

Seperti Mangga Besar yang berdekatan Glodok sekarang, sejak dulu tempat operasi WTS selalu dekat dengan kawasan niaga dan perhotelan. Tempat konsentrasi pelacur pertama di Batavia adalah Macao Po yang kala itu berdekatan dengan hotel-hotel di depan Stasion Beos (Jakarta kota).

BACA JUGA: Sekarang Wayang Haram, Dulu Judi dan Prostitusi Dilegalkan

Lokalisasi pelacuran ini memang untuk kalangan atas alias mereka yang berkantong tebal. Karena para pelacurnya didatangkan dari Macao oleh jaringan germo Portugis dan Cina.

Seperti juga sekarang ini, banyak klub malam yang menghadirkan penghibur dan pelacur dari Hongkong, Taiwan, Pilipina, dan berbagai negara lain. Di Macao Po para pejajannya adalah para petinggi VOC yang dikenal korup dan taipan atau orang berduit keturunan Cina.

BACA JUGA: Penjajahan Jepang di Indonesia, Wanita Belanda Jadi Budak Seks, Warga Jerman Aman tak Jadi Tahanan

× Image