Inggris dan Belanda Berperang untuk Perebutkan Pulau Jawa
Di waktu malam bandit-bandit memasuki rumah penduduk yang kosong menguras harta benda. Sedangkan, tentara Inggris yang sudah tak punya pekerjaan berkeliaran di dalam kota. Karena masih ada kekhawatiran timbulnya serangan mendadak mereka membakar apa saja, seperti pasar dan rumah-rumah penduduk.
Waktu itu yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda adalah Jansens, pengganti Daendels. Ia memegang amanat pemerintah Prancis yang sejak 20 Pebruari 1811 berkuasa di Batavia setelah Belanda ditaklukkan Prancis.
BACA JUGA: Bule Inggris Nyasar di Jalan Sudirman, Tanya ke Gus Dur Malah Bikin Tambah Bingung
Karena sikap Jansens inilah para petinggi dan prajuit Belanda dikatakan tidak sungguh-sungguh menghadapi serangan Inggris. Mereka lebih senang bila terlepas dari cengkeraman Prancis. Di Belanda sendiri hubungan mereka lebih akrab dengan Inggris ketimbang Prancis. Lagipula sewaktu negeri Belanda diserang pasukan Prancis atas undangan kaum patriot Belanda, raja Belanda mengungsi ke Inggris.
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles (30 tahun) merupakan salah satu figur yang menonjol dalam sejarah Kota Batavia. Putera seorang kapten ini dalam usia 14 tahun telah menjadi calon kerani dalam kongsi perdagangan Hindia Barat (East India Co.).
BACA JUGA: Ratu Elizabeth II Wafat, Pangeran Charles Naik Takhta Jadi Raja Inggris
Raffles yang kelahiran Yamaika (Amerika Latin) ini sangat rajin memperlajari sastra. Ia terkenal sebagai ahli sastra Melayu, kebudayaan, sejarah, ekonomi, dan politik. Mushi Abdullah, seorang pegawai berkebangsaan India di Malaka, menjadi guru bahasanya.
Sebagai orang yang aktif dan banyak kesibukan, Raffles pun masih punya waktu untuk mengadakan penelitian. Dan setelah pensiunnya dipercepat, ia menghasilkan karya unggulan History of Java sebagai tulisan ilmiah terbaik abad ke-19.
BACA JUGA: SssTiktok, Download MP3 Video TikTok tanpa Watermark: Gratis, Mudah, Cepat, dan Aman