Home > Sejarah

Kampung-Kampung Batavia Hilang: Dari Pasar Ikan, Glodok, Sampai Palmerah

Atas nama modernisasi bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan zaman Hindia Belanda dihancurkan.

Menjelang akhir abad ke-19, banyak modal asing dari Eropa ke Indonesia. Jumlah warga Eropa di Batavia selama 9 tahun naik dua kali lipat. Dari 6.253 orang (1866) menjadi 12.429 orang pada 1875. Para elite ini umumnya tinggal di rumah-rumah besar, dilengkapi pavilion dan halaman luas.

Dalam peta 1887 terlihat nama-nama kampung yang kini sebagian sudah hilang. Seperti Kebon Jahe (ditulis Kebon Djae). Sebagian tergusur untuk jalan arteri Tanah Abang – Tomang. Kampung Jagal di Senen, yang hilang, sejak dibangun Proyek Senen dan Atrium.

BACA JUGA: Daendels Bangun Pemerintahan Modern, Raffles Hapus Perbudakan di Batavia

Di dekatnya terdapat Kampung Tanah Nyonya yang terletak antara Bungur dan Kemayoran. Sekalipun Kemayoran sudah terdapat dalam peta, tapi masih merupakan rawa-rawa. Karena lapangan terbang Kemayoran baru dibangun 1935.

Di Jakarta kala itu ada Kampung Jepang. Letaknya di Palmerah, Jakarta Barat. Karena di sini terdapat landhuis (rumah peristirahatan luar kota) milik warga Jepang. Gedung yang berusia ratusan tahun dan menjadi saksi sejarah Ibukota, sejak 1980-an sudah almarhum. Tidak peduli, banyaknya sejarawan yang memprotes saat pembongkarannya.

BACA JUGA: "Perang Salib" Pecah di Pelabuhan Sunda Kalapa Saat Kerajaan Demak-Cirebon Usir Portugis

Dulu di Jakarta terdapat nama jalan dan tempat yang dimulai dengan kata Pal. Seperti Palmerah, Palputih, Palmeriem, dan Pal Busuk. Pal, terbuat dari batu cor dengan ketinggian satu meter di atas tanah. Bentuknya agak gepeng dan tampak berkilauan menyerupai batu giok.

Pal dibuat Belanda dan berfungsi sebagai patok sebagai batas wilayah kota Batavia. Batas-batas kota ini ditarik dari Gedung Kesenian di Pasar Baru. Kini batu-batu pal itu sudah tidak ketahuan lagi rimbanya, yang ada tinggal nama wilayahnya.

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image