Harga BBM Naik, Krisis Beras, Saking Susahnya Rakyat Makan Nasi Aking dan Bekicot di Zaman Jepang
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur.. Rakyat sekarang ini makin menjerit akibat kenaikan harga beras yang terus meningkat. Sudah bukan rahasia lagi kalau kini semakin banyak rakyat memakan nasi aking, yaitu nasi sisa yang dijemur sampai kering kemudian ditanak untuk dimakan. Mereka juga makan ketela dan ubi-ubian, karena tidak sanggup lagi membeli beras. Sementara, angka pengangguran terus melonjak dan jumlah rakyat miskin terus membengkak.
Menurut pengamatan saya, di negara yang sebagian besar penduduknya petani dan memiliki tanah yang subur ini, telah terjadi tiga kali krisis beras. Pertama di zaman Jepang, disusul pada masa Presiden Soekarno, dan terakhir pada masa Presiden SBY. Kalau di dua periode sebelumnya hampir tidak terjadi musibah, sekarang ini melonjaknya harga beras disusul oleh berbagai musibah yang makin menyengsarakan rakyat.
BACA JUGA: Rakyat Indonesia Hidup Susah dari Perang Diponegoro, Inflasi Zaman Soekarno, Krismon Era Soeharto
Pada masa pemerintahan Jepang (1942-1945), jumlah rakyat Indonesia belum mencapai 70 juta jiwa. Kala itu kelaparan akibat kekurangan pangan terjadi di mana-mana. Untuk keperluan perangnya melawan sekutu, pemerintahan Dai Nippon memaksa rakyat menanam jarak yang akan dijadikan sebagai minyak.
Kegiatan ekonomi saat itu lumpuh. Kongsi-kongsi dagang milik Belanda dan Cina serentak tutup. Demikian pula pasar-pasar, toko dan warung-warung. Bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari lenyap dari pasaran dan sukar dicari. Begitu menderitanya rakyat hingga untuk membeli beras harus pergi ke Bekasi dan Karawang.
BACA JUGA: Download GB WhatsApp (GB WA) Update September 2022: Mudah, Cepat, dan Anti-banned
Dalam keadaan perut lapar dan sulitnya pangan, keong racun (bekicot) dijadikan santapan. Sementara, para pengemis berebutan makanan di tempat-tempat sampah dengan anjing. Adalah hal biasa menjumpai seseorang meninggal di pinggir jalan karena kelaparan.
Rakyat banyak yang tidak memiliki kain. Mereka memakai kain dari karet atau karung goni. Tidak heran kalau tuma (sebutan untuk kutu ketika itu) terdapat di badan-badan manusia. Obat-obatan juga sulit dicari, hingga orang beralih ke pengobatan tradisional dari nenek moyang.
BACA JUGA: YTMP3, Download Lagu (MP3) Gratis dari Video YouTube: Cepat, Mudah, dan Aman