Sejarah Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi Tahun 1998: Ratusan Orang Tewas Dibacok dan Dibakar
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Rezim Orde Baru (Orba) baru saja runtuh usai Soeharto menyatakan mundur sebagai presiden pada 21 Mei 1998. Di saat era Reformasi baru saja menetas dan atmosfer politik belum sepenuhnya mereda, Indonesia dibuat geger dengan kasus pembantaian ratusan orang yang disebut sebagai dukun santet. Kasus pembantaian ratusan dukun santet itu terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur, pun hingga kini belum menemui titik terang.
Peristiwa berdarah itu pun berkembang liar, termasuk ke Jakarta. Kabar angin menyebut aksi keji itu dilakukan ninja karena mereka selalu berpakaian serba hitam ketika melakukan aksi pembunuhan. Bahkan, kabar ninja sebagai pelaku utama bukan sekadar pembunuh biasa, tetapi memiliki keahlian bela diri, masuk ke dalam tempat sempit, hingga berubah menjadi asap lalu menghilang.
BACA JUGA: Operasi Petrus Berantas Begal dan Preman: Mayat Dikarungin dan Mengambang di Sungai
Dalam buku Geger Santet Banyuwangi yang disusun oleh Abdul Manan, Imam Suma Atmadja, dan Veven Sp. Wardhana, dituliskan para ninja itu bergerak gesit, terlatih, dan bergerak secara sistematis. Mereka juga dibekali benda sejenis handy-talky untuk berkomunikasi.
Lokasi pembantaian pun tersebar di 18 kecamatan, tetapi ada dua versi mengenai jumlah korban. Versi pertama datang dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang menyebut korban yang dibunuh karena diduga sebagai dukun santet mencapai 115 orang. Jumlah lebih besar datang dari versi kedua yang dikeluarkan Tim Pencari Fakta Nahdlatul Ulama (NU), di mana 148 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.
BACA JUGA: Gara-Gara Bongkar Trik Kesaktian Dukun Palsu, Marcel Pesulap Merah Konflik dengan Gus Samsudin
Langkah pencegahan sebenarnya sudah dilakukan Bupati Banyuwangi saat itu, Purnomo Sidik. Pada 6 Februari 1998 Purnomo memerintahkan seluruh camat di wilayahnya mengumpulkan data masyarakat yang berprofesi sebagai paranormal hingga dukun pengobatan tradisional. Tujuannya untuk memberikan penanganan jika terjadi sesuatu. Namun perintah mengumpulkan data tersebut seperti pisau bermata dua. Pasalnya, Sejak Februari sampai Semptember 1998 jumlah korban pembunuhan semakin meningkat.
Dalam pemberitaan Republika.co.id pada Selasa, 10 Februari 2015, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendalami kembali kasus pembunuhan berantai bermotif tuduhan dukun santet tersebut. Tim Komnas HAM menggali informasi dalam kasus tersebut dengan meminta keterangan Sekretaris Daerah Jawa Timur Akhmad Sukardi di Kantor Gubernur Surabaya.
BACA JUGA: Kronologi Perseteruan Marcel Pesulap Merah Vs Gus Samsudin, Terbongkarnya Trik Kesaktian Dukun Palsu
“Kami ingin mencari data sejauh mana Pemprov Jatim telah memberi bantuan, baik secara moril, materil, hingga dukungan rehabilitasi sekaligus pendampingan terhadap keluarga korban,” kata Komisioner Komnas HAM, Nurkhoiron saat itu.
Komnas HAM sudah membentuk tim untuk menyelesaikan kasus tersebut.... baca di halaman selanjutnya...