Home > Sejarah

Pesawat Inggris Jatuh di Bekasi Jadi Pemicu Pecahnya Perang Karawang-Bekasi

Dua puluh enam penumpang pesawat Inggris dibunuh yang membuat Sekutu menjadikan Bekasi lautan api.

Pada November 1945, pemerintah RI mengeluarkan pengumuman semua badan organisasi bersenjata agar beralih keluar kota karena Jakarta ditetapkan sebagai kota diplomasi. Kesatuan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang bersenjata, dipindahkan ke arah timur Jakarta, yakni ke Cakung, Bekasi, Tambun, Karawang, Lemah Abang, Cibarusa, Karawang dan Cikampek.

Daerah-daerah itu merupakan gudang beras yang harus dipertahankan agar tidak jatuh ke tangan musuh. Sementara, penduduk sipil banyak yang hijrah ke Yogyakarta, seperti dilakukan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohamad Hatta, para menteri dan pejabat tinggi negara. Mereka tidak sudi bekerja di kantor-kantor dan jawatan yang dikuasai Belanda.

Almarhum Dr Satrio, yang pernah menjadi dokter di medan perang, menceritakan jatuhnya pesawat Palang Merah Sekutu (Inggris) yang menjadi pemicu perang Kawarang – Bekasi. Para penumpangnya, sebanyak 26 orang, ditangkap oleh orang Bekasi, setelah satu malam dikerem lalu semuanya dibunuh. Mereka dikubur secara massal. Jatuhnya pesawat Palang Merah itu mengakibatkan Sekutu melakukan tindakan balas dendam dengan menjadikan Bekasi lautan api.

Pada 13 Desember 1945, Sekutu sekali lagi melancarkan serangan terhadap Bekasi. Front pertahanan para pejuang dihujani 200 peluru meriam. Infanteri dan kavaleri mereka menyerang Bekasi Barat dan Bekasi Timur.

Pada malam harinya, pihak pejuang melakukan serangan balasan dari jarak dekat oleh pasukan golok yang membawa granat tangan. Akibatnya, Sekutu mengundurkan diri dari Bekasi ke Jakarta. Kemudian diikuti pertempuran di jalan-jalan menuju Bekasi. Dalam pertempuran ini pasukan Haji Darip, seorang ulama Bekasi, banyak ambil bagian dalam mempertahankan Bekasi.

Tekad rakyat untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan mulai dikobarkan sejak berlangsungnya rapat raksasa Ikada pada 19 September 1945. Dua hari sebelum rapat (17 September) malam di Jakarta berkeliaran mobil-mobil, tank, panser, wagon, tentara Jepang, yang mengumumkan bahwa rapat Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) dilarang.

× Image