Home > Sejarah

Belanda Bantu Tuan Tanah Ringkus Pangeran Alibasah, Pejuang dari Cirebon di Tanah Citayam

Perlawanan terhadap Belanda dan tuan tanah yang zalim pernah bergelora dari Citayam yang dipimpin Pangeran Alibasah dari Cirebon.
Stasiun Citayam. Perlawanan terhadap Belanda dan tuan tanah yang zalim pernah bergelora dari Citayam yang dipimpin Pangeran Alibasah dari Cirebon. Foto: IST.
Stasiun Citayam. Perlawanan terhadap Belanda dan tuan tanah yang zalim pernah bergelora dari Citayam yang dipimpin Pangeran Alibasah dari Cirebon. Foto: IST.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Bapak Rama, seorang pendekar dari Cirebon mengobarkan semangat kepada rakyat untuk melawan para tuan tanah yang zalim. Pemimpin yang disapa dengan nama Pangeran Alibasah. Suasana rumahnya di Ratujaya, Depok, memang memungkinkan tercipta suasana mistik.

Bersebelahan dengan kediamannya terdapat sebuah makam keramat yang dikatakan berasal dari orang yang dulu kala pernah memiliki tanah-tanah di Batavia. Makam ini banyak diziarahi orang. Kemungkinan, meskipun sudah berusia lebih dari seabad, makam tersebut masih terdapat di Ratujaya.

BACA JUGA: Sejarah SCBD: Dari Peternakan Sapi, Kawasan Perkantoran Elite, Kini Jadi Citayam Fashion Week

Untuk penyelenggaraan pesta perkawinan adik iparnya, orang dengan senang hati memberi sumbangan. Pesta tersebut dilaksanakan pada 16 Maret 1869. Tetapi, dua hari sebelumnya, gamelan telah ditabuh dan para ronggeng telah mulai menari. Para pengunjung juga sudah mulai berdatangan.

Jumlah pengunjung pesta menunjukkan betapa luas pengaruh Pangeran Alibasah alias Bapak Rama. Tidak kurang 500 orang datang dari berbagai tempat, seperti Parung, Cibarusa, Bekasi, dan Tegalwaru (Karangan). Gamelan dan ronggeng terus menerus ditampilkan sehingga orang menjadi sangat terkesan, karena belum pernah menghadiri pesta semeriah itu.

BACA JUGA: Sebelum Citayam Fashion Week Viral, Kampung Citayam Sudah Beken Sejak Zaman Kolonial

Pada saat pesta (upacara perkawinan) Pangeran Alibasah alias Bapak Rama mengumumkan rencana perebutan tanah-tanah partikelir antara Citarum – Cisadane. Dia mengatakan tanah-tanah itu milik nenek moyang mereka dan hanya disewa oleh Belanda. Para petani yang kehidupannya sangat menderita menyatakan kesetiannya untuk membantu Pangeran Alibasah.

Pangeran lalu mengajak para petani untuk berdoa bersama. Dia meramalkan pada tanggal 20 bulan Haji (3 April 1869) akan terjadi gerhana bulan. Pada saat itulah tentara Belanda tidak akan bisa melihat mereka dan diputuskan untuk melakukan penyerangan pada hari tersebut. Rombongan penyerang juga akan merebut Tambun, Depok, Buitenzorg (Bogor) dan Batavia.

BACA JUGA: Citayam Tanah Para Jawara: Kisah Heroik Tole Iskandar dan Legenda Raden Sungging Melawan Belanda

Rencana pemberontakan itu tercium polisi... baca di halaman selanjutnya...

× Image