Masjid-Masjid Warisan Orang Arab dan India di Batavia
Drs Dhermawan Ilyas, ketika masih menjabat Kepala Museum Bahari di Pasar Ikan –bekas gudang rempah-rempah VOC– kawasan Luar Batang yang merupakan salah satu pemukiman tertua di Jakarta, sejak dulu merupakan daerah penyebaran Islam. Setidak-tidaknya para ulama dan da’i di sini telah mengimbangi kegiatan Kristenisasi yang dilakukan oleh VOC di benteng (kastil) Batavia. Masjid ini juga banyak didatangi pada saat acara haul pendirinya.
Tak jauh dari Pasar Ikan –tempat Belanda pertama kali menjejakkan kaki di Jakarta– antara pelabuhan Sunda Kelapa dan Taman Impian Jaya Ancol, terletak Kampung Bandan. Berdekatan dengan jalan tol Tanjung Priok- Cengkareng, terdapat sebuah Masjid Kampung Bandan.
Di masjid ini terdapat makan tiga habib dari Hadramaut, yakni Habib Muhammad bin Umar Alqudsi (117 H atau 1705), Habib Ali bin Alwi Shatri (1710 M), dan Habib Abdurahman Shatri. Kampung Bandan juga merupakan kampung tua di Jakarta. Ketika JP Coen melakukan pembunuhan massal terhadap penentangnya, ia pun membawa sebagian penduduknya ke Jakarta.
Orang-orang Banda ini ditempatkan di Kampung Banda(n) sebagai budak belian. Jika menelusuri Jl Pangeran Jayakarta berbelok ke arah kiri dari stasiun kereta api Jakarta Kota, akan terdapat Masjid Mangga Dua.
Sampai abad ke-18, sebelum Gubernur Jenderal Daendels memindahkan kota ke Weltevreden, Jl Pangeran Jayakarta merupakan kawasan elite. Bahkan Gubernur Jenderal Van den Parra membangun rumah peristirahatan megah di sini. Di masjid ini terdapat beberapa makam ulama yang berasal dari Hadramaut.
Termasuk makam pendirinya, habib dari keluarga Jamalullail. Di Malaysia, Yang Dipertuan Agung sekarang ini berasal dari keluarga Jamalullail. Di masjid ini juga terdapat makam kerabat keraton dari Jawa Tengah. Seperti Raden Tumenggung Anggakusumah Dalam. Kampung ini dulu dihuni orang Jawa, ketika Belanda menempatkan penduduknya berdasarkan suku atau etnis.