Panglima Perang Pangeran Diponegoro, Sentot Alibasyah Nikahkan Putrinya dengan Sayyid Turki Ottoman
Pada 1916 Sayyid menerbitkan majalah Borobudur berbahasa Arab sekaligus sebagai pemrednya. Kakek dari mantan menlu Ali Alatas dan mantan PM Yaman Selatan, Haydar Alatas, ini juga menyokong penerbitan harian Utusan Hindia, suratkabar pertama berbahasa Melayu dengan pemimpin redaksinya HOS Cokroaminoto.
Surat kabar ini lahir sebelum Cokro mendirikan Sarikat Islam. Ia juga membantu keuangan Muhammadiyah dan Al-Irsyad ketika kedua organisasi Islam ini didirikan. Selain itu, Sayid juga ikut mendanai Arabithah Alawiyah dan sekolah Jamiatul Kheirnya.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Setelah Bubarkan Seminar, Dua Polisi Cegat Gus Dur di Jalan, Ternyata Mau Cium Tangan
Alatas School yang didirikannya di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, (kini kantor kelurahan Kebon Kacang) merupakan sebuah sekolah Islam modern pertama yang mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan Barat. Di kediamannya yang kini jadi Museum Tekstil itu juga pernah digunakan untuk Muktamar NU, seperti diungkapkan tokoh NU KH Mohamad Dachlan.
Sayyid yang lahir di Pekojan, Jakarta Barat, (1840) ini oleh orang Betawi dijuluki tuan tanah Baghdad. Ia memang salah seorang terkaya di Batavia ketika itu. Konon, ia memiliki tanah dari Pondok Betung di Bintaro hingga ke Pondok Cabe seluas lima ribu hektar.
BACA JUGA: Daftar Peringkat Jurusan Hukum Terbaik di Kampus Indonesia, Unair Teratas, UI Peringkat Kedua
Di rumahnya itu ia sering kali mengumpulkan para pedagang kecil lalu membeli dagangan mereka untuk kemudian disumbangkan kepada orang-orang tak mampu yang banyak tinggal di sekitar tempat tinggalnya. Sayyid yang meninggal pada 1929 dalam usia 89 tahun dimakamkan di pemakaman wakaf Tanah Abang yang oleh Ali Sadikin digusur dan dijadikan rumah susun. Ketika wafat ia meninggalkan 30 ribu buku yang menurut cucunya, Abdullah bin Abbas, dihibahkan ke Madrasah Jamiatul Khair.