Home > Sejarah

Orang Belanda Percaya Rokok dan Arak adalah Obat Mujarab Segala Penyakit

Dulu para pribumi jarang merokok karena berbagai faktor, salah satunya karena hukum agama.

Kalau sekarang pemerintah sangat mengkhawatirkan semakin meningkatnya muda-mudi yang merokok, dulu yang terjadi justru sebaliknya. Seperti dikemukakan Irwan Sjafi’ie, dulu para pemuda jarang merokok. Apalagi wanita, hampir tidak ada sama sekali.

Wanita yang merokok konotasinya sangat tercela. Apalagi kalau gadis. Tidak ada laki-laki yang memilih gadis perokok sebagai istri.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Di Pesantren Santri Dilarang Merokok, Kalau Kiai Boleh

Para orang tua dengan keras melarang putranya merokok. Lebih-lebih bila mereka belum bisa cari duit. Kalau sekarang orang merokok di dalam bus, dan di tempat-tempat umum, dulu mereka tidak mau merokok di depan orang tua atau orang yang dihormati karena sangat tidak sopan.

Selain itu, masih minimnya perokok juga disebabkan ajaran Islam yang mengatakan merokok adalah makruh, atau perbuatan sia-sia. Bagi orang Betawi, yang dianggap makruh enggan mereka kerjakan. Bahkan banyak yang berpendapat merokok itu haram. Tidak heran, kalau para ulama atau kiai tempo doeloe, tidak ada yang merokok.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Rokok Memendekkan Umur, Tapi Kalo Gak Merokok Besok Saya Bisa Mati

Kala itu, rokok Jinggo buatan pabrik Noyorono dari Kudus boleh dibilang pelopor industri rokok kretek di tanah air. Sekalipun sudah hampir seabad, pabrik rokok ini masih berproduksi.

Di kala itu, mengisap rokok Jinggo dianggap orang berduit. Padahal harga per bungkus isi 20 batang hanya tiga sen, dan satu sen enam batang. Sekarang, Jinggo boleh dibilang rokok paling murah.

BACA JUGA: Ustadz Khalid Basalamah: Haram Hukumnya Bekerja di Perusahaan Rokok

× Image