Gadis-Gadis Berkemben Mandi Wajib Sambut Ramadhan di Sungai Ciliwung
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Dulu sehari menjelang puasa para ibu dan gadis-gadis dengan berkemben kain batik siraman di Kali Ciliwung yang kala itu masih lebar dan airnya jernih. Mereka keramas, untuk mensucikan diri lahir dan batin, menyambut bulan suci Ramadhan sambil duduk di getek-getek dari bambu yang sambung menyambung sepanjang ratusan meter.
Waktu itu belum ada sampo, sabun keramas yang kini digencarkan iklannya di televisi-televisi seolah-olah orang Indonesia berketombe. Untuk membersihkan rambut, dulu mereka keramas menggunakan merang dari batang padi yang dibakar dan abunya disaring dengan kain hingga berbusa. Kita tidak tahu apakah cara itu dapat menghilangkan ketombe. Yang jelas istilah ketombe, seperti juga sampo belum dikenal kala itu.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Jenderal Bertangan Besi Tapi Takut Istri
Tradisi semacam siraman menjelang Ramadhan juga dikenal di berbagai daerah. Di Riau disebut mandi balimau di Sungai Kampar. Masyarakat memasang tonggul atau panji-panji kebesaran adat. Tonggul merupakan kain yang terdiri dari berbagai warna, tergantung asal suku yang memiliki kain tersebut, yang digantungkan pada sebatang kayu yang ditancapkan di tanah.
Menurut versi anak-anak tempo dulu bukan main banyaknya pantangan yang dapat membatalkan puasa. Seperti menangis, marah, mengorek kuping, bahkan kentut di dalam air.
BACA JUGA: Cak Nun "Paksa" Ketua Umum PP Muhammadiyah Ikut Tahlilan
Sungai Ciliwung yang bersih mengundang anak-anak berendam dan berenang yang dalam istilah Betawi disebut ngobak. Tapi jangan pergi mandi di zwembad (kolam renang), karena bisa membatalkan puasa. Maklum gadis Belanda yang banyak ketika itu mandi dengan pakaian renang.