Home > Budaya

Mengenal Suku Kei dari Pulau Kei Maluku, Kampung Halaman John Kei dan Nus Kei

John Kei dan Nus Kei berasal dari Suku Kei yang mendiami Kepulauan Kei di Provinsi Maluku dengan populasi sekitar 18 ribu jiwa.

John Kei. John Refra atau yang lebih dikenal sebagai John Kei. Nama Kei diambil dari kampung halamannya yakni Pulau Kei, Maluku Tenggara.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Kelompok John Kei bentrok dengan kelompok Nus Kei di kawasan Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat. Anggota kelompok Nus Kei berinisial GR dilaporkan tewas usai ditembak kelompok John Kei.

Kelompok Nus Kei datang ke tempat kejadian perkara (TKP) menggunakan sebuah mobil yang berisikan enam orang dengan membawa senjata tajam, termasuk GR yang tewas. Sementara kelompok John Kei sudah menyadarinya terlebih dulu dan menyiapkan batu, parang dan senjata api. Melihat korban turun dengan membawa parang, salah satu pelaku langsung menembak korban hingga terkapar.

John Kei dan Nus Kei memiliki marga atau berasal dari suku yang sama Kei. Suku Kei dikenal mendiami Kepulauan Kei di Provinsi Maluku. Masyarakat suku Kei bertutur menggunakan bahasa Kei yang berfungsi sebagai basantara bagi masyarakat di Kepulauan Kei.

Baca Juga: Gus Dur Larang Prabowo Subianto Pulang ke Indonesia Usai Reformasi, Takut Dihabisi Preman

Populasi suku Kei berjumlah sekitar 180.000 orang. Orang Tanimbar Kei merupakan salah satu sub-suku Kei yang mendiami pulau Tanimbar Kei; umumnya beragama Hindu.

Dr Zulyani di buku Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia terbitan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, menjelaskan, Orang Kei sendiri menyebut dirinya sebagai umag Evav, umag artinya "orang" atau "manusia" dan Evav artinya "pulau babi". Pendapat lain mengatakan bahwa "Kei" berasal dari bahasa Portugis kayos yang artinya "keras". Mungkin dikarenakan pulau-pulau tersebut terbentuk dari batu-batu karang dan ditumbuhi berbagai jenis-jenis kayu yang keras.

Kepulauan Kei pada masa lampau sudah pernah dikunjungi pelaut asing. Bukti-bukti sejarah itu menunjukkan kepulauan ini pernah dihuni manusia-manusia yang berkebudayaan sama seperti di Australia bagian utara. Ada pula sisa-sisa peninggalan manusia berkebudayaan peralihan dari daratan Asia, antara lain dengan ditemukannya nekara dan kapak upacara dari perunggu di Kepulauan Kei.

Baca Juga: Tangan Penuh Darah JP Coen Usai Bantai Penduduk Banda dan Jadikan Mereka Budak di Batavia

Pendapat yang lebih kuat, suku Kei disinyalir mempunyai hubungan kekerabatan yang erat dengan salah satu komunitas di Bali. Hasil penelusuran sementara, diyakini nenek moyang suku Kei datang dari desa Pedawa.

Asal usul Suku Kei yang disebut berasal dari Desa Pedawa diceritakan secara turun temurun. Faktor lain adalah rumah adat antara suku Kei dengan warga di desa Pendawa sangat mirip dari segi arsitektur.

Kemiripan lain Suku Kei dan warga Desa Pendawa adanya kosakata tombak yang hingga kini dipegang teguh masyarakat Kei. Beredar cerita kata itu berarti "kita berasal dari Bali". Bahkan, orang Tanimbar Kei yang merupakan sub-suku Kei, mayoritas masyarakatnya beragama Hindu dan memiliki banyak kemiripan lainnya dengan masyarakat suku Bali.

Baca Juga: Mengapa tidak Ada Jembatan Penghubung Antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali?

Salah satunya hukum adat mengenai sawen atau hak kepemilikan ulayat. yaitu apabila sebidang tanah atau seekor hewan ternak sudah memiliki tanda sawen, maka hak kepemilikan tidak bisa di ganggu gugat.

Sama seperti hak sawen yang ada di kebudayaan Bali. Secara morfologi, wajah orang Kei dengan orang Pedawa di Bali juga mirip. Bahkan, tak menutup kemungkinan suku Kei sejatinya berasal dari Bali.

Masyarakat Suku Kei menjadi pemeluk agama Islam, Nasrani (mayoritas Katolik), dan orang Tanimbar Kei yang mendiami pulau Tanimbar Kei mayoritas beragama Hindu sama seperti leluhurnya yang berasal dari Bali.

Kekerabatan, Struktur Sosial, dan Kepemimpinan Adat

Suku Kei memiliki bentuk kekerabatan yang cukup kompleks, dengan kesatuan kerabat yang terkecil dalam masyarakat Kei adalah keluarga inti yang disebut dengan riin rahan atau ub. Gabungan dari keluarga inti ini disebut rahayan atau fam (klen kecil) yang dapat berkembang semakin besar menjadi satu klen besar yang dikenal dengan nama soa.

Sebuah kampung (ohoi) biasanya didiami oleh satu soa. Beberapa kampung bergabung menjadi satu desa yang disebut negeri. Soa-soa yang tergabung di dalam sebuah negeri yang terbagi kepada dua golongan, yaitu golongan Ursiwa dan Urlima. Kepemimpinan tradisional desa biasanya dipegang oleh orang-orang dari soa yang pertama sekali mendiami daerah itu.

Baca Juga: Legenda Orang Bati, Makhluk Mitologi dari Maluku Berbadan Monyet Bersayap Kelalawar

Orang Kei menganut prinsip garis keturunan yang bersifat patrilineal (melalui pihak ayah atau laki-laki). Dalam hal perkawinan mereka mencari pasangan di lingkungan lapisan sosial yang sama. Peranan fam atau rahayan lebih menentukan kedudukan seseorang dan dalam hubungan kekerabatan mereka menganut azas primogenitur, di mana hak anak sulung atau golongan senior lebih diutamakan.

Sementara struktur sosial masyarakat Kei terbagi menjadi tiga golongan atau lapisan sosial yaitu:
1. Mel-mel merupakan golongan terpandang, biasanya adalah para pemimpin adat dan orang kaya pada lapisan sosial teratas.
2. Ren-ren merupakan golongan tengah terdiri dari rakyat biasa kebanyakan.
3. Hiri-hiri merupakan kelompok budak yang tidak memiliki apa-apa (dikenal pada masa lalu).

Struktur sosial dari masa lalu mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Kei hingga saat ini. Seperti menentukan jodoh, pimpinan masyarakat, tata krama, hingga upacara adat.

Baca Juga: Kisah Jenaka Sutan Sjahrir dan Bung Hatta Saat Dibuang ke Banda Neira

Berdasarkan catatan Dr Zulyani di buku Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia terbitan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, kepemimpinan adat Suku Kei dibagi menjadi beberapa tingkat:
1. Rat atau Ratu dibantu pula oleh sejumlah pejabat seperti Marinyo, Kapitan, dan Mayor yakni raja pada desa adat (negeri) Suku Kei.
2. Tae Jan atau Tuan Tanah adalah pemimpin Kampung-kampung (soa) bawahan dari negeri.
3. Tovoat adalah seorang senior bijaksana yang memimpin kharisma adat.
4. Mitu Duan yaitu orang-orang yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

Dalam pemerintahannya, Rat atau Ratu mendapat pertimbangan dari badan musyawarah adat, yaitu Badan Saniri Negeri yang terdiri dari unsur-unsur pemimpin adat di atas. Saat ini pengaruh Rat masih cukup besar, terutama dalam menentukan seorang Kepala desa menurut sistem pemerintahan nasional.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image