Home > Hikmah

Pidato Abu Bakar Saat Dipilih Sebagai Khalifah Menggantikan Rasulullah: Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Rajiun

Abu Bakar berkata, bila aku benar, dukunglah bersama-sama, tetapi jika aku menyimpang dari tugasku, betulkanlah bersama-sama.

Tiga capres 2024 (dari kiri ke kanan), Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pemilu legislatif dan Pilpres 2024 baru saja digelar. Meski penghitungan suara secara resmi dari KPU belum selesai, tetapi berdasarkan hitung cepat sejumlah lembaga survei, paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabumingraka hampir bisa dipastikan keluar sebagai pemenang dan akan menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2024-2029. Bicara pemimpin, umat Islam bisa berkaca kepada khalifah pertama Abu Bakar ash-Shiddiq RA.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un," ucapan pertama yang disampaikan Abu Bakar ash-Shiddiq RA usai dipilih sebagai khalifah pertama menggantikan Rasulullah Shalallahu Alahi Wassalam yang meninggal dunia.

Ucapan itu sama bunyinya ketika seorang ditimpa suatu musibah. Artinya, semua berasal dari Allah dan pada saatnya akan kembali kepada-Nya. Diangkat menjadi seorang pemimpin negara bagi Abu Bakar sama halnya dengan ditimpa suatu musibah.

Baca Juga: Presiden Soeharto Hidup Kembali Berkat Bantuan AI: Ini Pesan Mantan Mertua Prabowo Subianto Tersebut

Abu Bakar ingat betul pesan Rasulullah SAW kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah amanat dan pada hari akhirat kepemimpinan itu adalah rasa malu dan penyesalan, kecuali orang yang mengambilnya dengan hak serta melaksanakan tugas kewajibannya." (HR Muslim).

Dengan dukacita, Abu Bakar sampaikanlah pidato kenegaraan di hadapan Muslimin. "Wahai umat, aku telah diangkat untuk memerintahmu. Sebenarnya aku terpaksa menerimanya. Aku bukanlah orang yang terpandai dan termulia dari kamu. Bila aku benar, dukunglah bersama-sama, tetapi jika aku menyimpang dari tugasku, betulkanlah bersama-sama. Jujur dan lurus adalah amanat sedangkan bohong dan dusta adalah pengkhianatan."

Baca Juga: Haul Gus Dur ke-14, Teringat Ramalnya Tentang Prabowo Jadi Presiden, Kapan Waktunya?

Demikianlah kelurusan seorang Abu Bakar. Ia sangat berhati-hati dengan amanah yang dibebankan di pundaknya. Kekuasaan bukanlah alat untuk memperkaya diri dan menimbun harta untuk kepentingan pribadi. Ia tetap hidup sederhana dan bersahaja sebagaimana sebelum ia menjadi khalifah.

Abu Bakar pernah blusukan ke Pasar Madinah dengan mengenakan pakaian dari kulit kambing. Keluarga Abu Bakar yang memang orang berada tentu protes keras dengan penampilan Abu Bakar yang sangat sederhana itu.

Baca Juga: Cerita Masyarakat Jawa Tengah Masuk Gua yang Ternyata Sarang Harimau Jawa

Pantaskah seorang khalifah memakai pakaian dari kulit kambing? "Hai khalifah, engkau sungguh membuat malu kami di mata kaum Muhajirin, Anshar, dan orang Arab," protes keluarganya.

Abu Bakar dengan entengnya menjawab, "Apakah kamu ingin agar aku menjadi seorang raja yang angkuh pada zaman Jahiliyah dan angkuh pada zaman Islam?"

Baca Juga: Gaji PNS dan PPPK 2024 Naik, Ini Nominal dan Link Download PP Kenaikan Gaji PNS dan PPPK

Fasilitas yang diberikan negara padanya hanya dipergunakan untuk tugas kenegaraan pula. Tak pernah ia jadikan untuk kepentingan bersifat pribadi.

ABU BAKAR KEMBALIKAN UANG GAJI KE NEGARA

Suatu saat nanti, ketika ia sudah tidak menjadi khalifah, semua fasilitas negara harus dikembalikan. Inilah yang dipesankan Abu Bakar menjelang sakaratul maut kepada putrinya, Aisyah.

"Wahai Aisyah, unta yang kita minum susunya, bejana tempat kita mencelupkan pakaian, dan baju qathifah yang saya pakai, semuanya hanya dapat kita gunakan selama saya menjabat. Bila nanti ayahmu meninggal, seluruhnya harus dikembalikan kepada Umar," pesannya.

Benar saja, ketika Abu Bakar telah tiada, putrinya mengembalikan seluruh inventaris negara kepada Umar bin Khattab.

Baca Juga: Sultan Yogyakarta Perintahkan Rakyat Masak Sayur Lodeh untuk Hilangkan Wabah Pes, Sekarang Jadi Menu Resepsi Pernikahan Pangeran Abdul Mateen-Anisha

Menjadi kepala negara tak membuat Abu Bakar menjadi asing bagi orang-orang di sekelilingnya. Kendati dua negara adidaya, Syiria dan Persia, telah ditaklukkannya, ia tetap mempunyai waktu bersama orang-orang sekitarnya. Ia tak lantas menjadi orang super sibuk yang tak kenal lagi dengan rakyat jelata.

Kisah lain tentang kemuliaan hati Abu Bakar datang dari seorang wanita kampung, Unaisar, pernah memintanya untuk memerah susu kambing. "Wahai Abu Bakar, apakah engkau masih dapat menolong kami memerah susu kambing seperti sebelum menjadi khalifah?"

Baca Juga: Gus Dur Larang Prabowo Subianto Pulang ke Indonesia Usai Reformasi, Takut Dihabisi Preman

Dengan segera Abu Bakar pun menyanggupinya. "Insya Allah, saya akan tetap bersedia menolongmu, ibu," jawab Abu Bark. Tak ada yang membebaninya kendati ia adalah seorang kepala negara yang tersohor dan disegani di seantero Timur Tengah.

Dari Abu Bakar, kita belajar makna sebenarnya tentang kepemimpinan. Jabatan bukanlah barang yang diobral di pasar-pasar. Kedudukan bukan barang yang menjadi rebutan. Terlebih, posisi sebagai pemimpin sebuah negeri.

Baca Juga: Perjalanan Prabowo Subianto Jadi Capres, dari 2004 Sampai 2019, Kira-Kira Siapa Cawapresnya di 2024?

Semakin besar tanggung jawab pemimpin, semakin besar pula yang akan dihisab di akhirat nanti. Dari Abu Bakar, kita belajar makna sebenarnya tentang kesederhanaan pemimpin.

Jabatan tinggi tak melupakannya dari hak bertetangga. Jabatan selangit tak menjadi legitimasi menggunakan fasilitas negara seenak hati.

Sebenarnya sudah banyak pemimpin uswatun hasanah yang sudah dilahirkan negeri ini. Seperti yang dicontohkan Haji Agus Salim.

Baca Juga: 9 Alasan Mengapa Muhammadiyah Pakai Hisab Bukan Rukyat untuk Tentukan 1 Ramadhan dan 1 Syawal

Kendati ia adalah menteri, sifat kesederhanaannya membuatnya hidup apa adanya. Ketika salah satu anaknya meninggal, ia bahkan tak punya uang untuk membeli kain kafan.

Akhirnya, ia memakai taplak meja dan kelambu yang kebetulan berwarna putih. Adakah saat ini menteri yang sesederhana itu? Semoga sang presiden baru bisa meneladani orang-orang besar seperti Abu Bakar dan Haji Agus Salim.

Sumber: Republika

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image