Home > Sejarah

Rumah Pengasingan Soekarno-Hatta di Muntok Saat Serangan Umum 1 Maret 1949

Usai Belanda berhasil menduduki Yogyakarta lewat Agresi Militer II, Soekarno yang enggan diajak bergeriliya oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Pesanggerahan Muntok. Di bangunan ini Soekarno dan Mohammad Hatta serta sejumlah tokoh lainnya tinggal selama masa pengasingan oleh Belanda di Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Foto: Kurusetra
Pesanggerahan Muntok. Di bangunan ini Soekarno dan Mohammad Hatta serta sejumlah tokoh lainnya tinggal selama masa pengasingan oleh Belanda di Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Foto: Kurusetra

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Nama dua proklamator RI, Ir Soekarno dan dr Mohammad Hatta sangat melekat di hati warga Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Kedekatan dengan warga Muntok itu terjadi saat Bung Karno dan Bung Hatta diasingkan di kota penghasil timah dan lada tersebut.

Pemilik home stay Sandy, menceritakan tentang Soekarno selama masa pengasingan oleh Militer Belanda pada 1948 silam. Aisyah (80 tahun), nama pemilik home stay yang saya tempati selama tinggal di Muntok mengatakan, bagi warga Muntok, Bung Karno adalah sosok pemimpin yang tidak tergantikan.

“Beliau sering keliling ke rumah warga. Selama tinggal disini, Bung Karno sering kali datang ke rumah-rumah warga, minta dibuatkan kue,” kata Aisyah.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Ziarah ke Orang Mati Lebih Baik karena Gak Mungkin Nipu

Jejak Soekarno di Muntok memang amat kental. Kedekatan Bung Karno dan Bung Hatta yang diasingkan saat agresi Militer Belanda pada 1948 itu dengan masyarakat selama pengasingan juga dikisahkan warga Muntok lainnya. Edi (65 tahun), penjaga Pesanggrahan Muntok, tempat sejumlah pemimpin RI saat diasingkan.

“Saat diasingkan di sini, Bung Karno senangnya minum kopi hitam dan makan singkong rebus. Sehari-hari, Bung Karno suka main biola di ruang belakang,” kata Edi sembari menunjuk ruang belakang di Pesanggrahan Muntok.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Lap Gelas Pakai Celana Dalam, Aduk Kopi Pakai Sikat Gigi

Pesanggrahan Muntok atau yang kini dikenal sebagai Wisma Ranggam, adalah tempat tinggal Bung Karno, KH Agus Salim, Ali Sastro Amidjojo dan M Roem selama pengasingan. Bung Karno dan Agus Salim menempati dua kamar di bangunan utama, sementara M Roem dan Ali Sastro Amidjojo menempati dua ruangan di sayap bangunan.

Kamar yang ditempati Bung Karno bukanlah kamar mewah. Beliau bahkan menempati kamar berukuran 5x5 meter, lebih kecil dari kamar utama di sebelahnya yang ditempati Agus Salim.

BACA JUGA: Agus Salim: Memimpin adalah Menderita, Memimpin adalah Melayani

Wisma Ranggam awalnya adalah rumah peristirahatan bagi pegawai perusahaan Bangka Tien Winning dari Belanda hasil rancangan Y Lokalo pada 1827. Di Wisma Ranggam ini dimulai lahirnya pembahasan isi perjanjian Roem-Royen yang mengatur perdamaian antara Indonesia dan Belanda. Dan di sini pula Bung Karno menyerahkan surat kuasa kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX tentang pengembalian pusat kekuasaan pemerintahan Republik Indonesia, dari Yogyakarta kembali ke Jakarta.

Pada 5 Juli 1949, diumumkan pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta. Sehari setelahnya, Bung Karno, Bung Hatta, dan para tokoh nasional meninggalkan Bangka untuk kembali ke Yogyakarta.

BACA JUGA: Asap Rokok Kretek Agus Salim Bikin Pangeran Philip tak Berkutik

Untuk mengenang Bangka dan Wisma Ranggam, Mr. Mohammad Roem mengatakan, van Bangka begint de Victorie (dari Bangka datangnya kemenangan). Saking melekatnya sejarah Bung Karno di Bangka, kata Edi merawikan, bahkan punya anak angkat di Muntok.

“Namanya Endang,” ucap dia. “Bung Karno juga sering mendatangi masyarakat. Dia diperbolehkan Belanda keliling Muntok tapi tidak boleh keluar dari Muntok.“

BACA JUGA: Soekarno Paksa Rusia Turuti Perintahnya

Bupati Kabupaten Bangka Barat, Ustadz Zuhri M Syazali pun ikut membanggakan wilayah yang dipimpinnya pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta. “Muntok bagian tidak terpisahkan dari bangsa ini,” kata Zuhri.

Muntok berambisi menjadi kota wisata tematik sejarah untuk Provinsi Bangka Belitung dan Indonesia. Berlatar belakang sebagai daerah penghasil timah terbesar yang sudah diekploitasi sejak zaman Belanda menancapkan kuku jajahan, sisa-sisa kejayaan Muntok masih berdiri kokoh dalam wujud puluhan bangunan kuno nan bersejarah yang masih terpelihara baik. Bangunan serta budaya Melayu, Cina, dan Eropa berasimilasi dengan baik di Muntok.

BACA JUGA: Perang Rusia-Ukraina, Putin Harus Baca Kata Pengantar Gus Dur di Buku 'Mati Ketawa Cara Rusia'

Zuhri menerangkan, demi mendongkrak pendapatan daerah setelah tambang timah yang menjadi penggerak ekonomi perlahan habis, Pemerintah Kabupaten Bangka Barat mulai menggali potensi pariwisata budaya dan sejarah. ”Dengan acara ini, diharapkan Kota Muntok yang punya banyak bangunan tua dan sejarah panjang, bisa menjadi salah satu kota tujuan wisata tematik sejarah di Indonesia,” ujar Zuhri yang dengan bangga ingin memperkenalkan Kota Muntok sebagai salah satu Kota Pusaka Nasional yang diresmikan sejak 2012.

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image