Home > Sejarah

Sejak Masa Kolonial, Sistem Pendidikan Lebih Memihak kepada Orang Berduit

Sekolah Rakyat untuk anak-anak pribumi melarat, sementara sekolah Belanda untuk orang Eropa dan kaum ningrat.

Sekolah Rakyat. Sejak masa Kolonial, sistem pendidikan di Indonesia tidak memihak kepada masyarakat miskin.
Sekolah Rakyat. Sejak masa Kolonial, sistem pendidikan di Indonesia tidak memihak kepada masyarakat miskin.

BERANTAS BUTA HURUF

Pada awal 1950, saat baru saja penyerahan kedaulatan dari Belanda, 90 persen rakyat masih buta huruf (BH). Karenanya, di kampung-kampung melalui RT dan RK (kini RW), digalakkan gerakan pemberantasan BH.

Sementara itu, Belanda baru mulai membangun sekolah awal abad ke-20 saat banyaknya modal asing dan industri dibangun di Hindia Belanda. Untuk itu, perlu pekerja berpendidikan.

BACA JUGA: Sebelum Citayam Fashion Week Viral, Kampung Citayam Sudah Terkenal Sejak Zaman Kolonial

.

Khusus untuk pribumi, mula-mula didirikan sekolah desa dengan lama pendidikan tiga tahun. Sekadar bisa baca, nulis, dan berhitung. Kemudian, dibuka sekolah sambungan (vervolgscholen) dengan lama pendidikan lima tahun dan kemudian ditingkatkan menjadi enam tahun. Semuanya dengan pengantar bahasa Melayu (kini Indonesia).

Pada masa Hindia Belanda, Normaalschool merupakan sekolah pendidikan tertinggi yang dapat dicapai mereka yang sekolah Melayu. Pemerintah Kolonial lebih mengistimewakan sekolah yang menggunakan pengantar bahasa Belanda, seperti HIS (Hollands Inlandse School) setingkat SD sekarang. Sekolah ini khusus untuk anak pribumi. Namun yang diterima tidak sembarang orang karena khusus untuk anak-anak golongan ningrat atau priyayi.

BACA JUGA: Sejarah Gelar Haji di Indonesia, Diberikan Belanda untuk Redam Perlawanan Umat Islam

Untuk anak Belanda/Eropa atau mereka yang disamakan kedudukannya dengan Eropa didirikan Europse Lager School (ELS). Setamat HIS atau ELS dapat melanjutkan ke MULO (SMP). Kemudian, ke AMS (SMA). Dari HIS-ELS para murid juga dapat melanjutkan ke HBS (Hogere Burger School) dengan lama pendidikan lima tahun.

Sejak di HBS para siswa sudah diwajibkan menguasai bahasa Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman. Tidak heran, bila Bung Karno dalam usia belum 20 tahun saat di HBS sudah membaca buku dan literatur dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman, dan Prancis. Demikian pula H Agus Salim.

BACA JUGA: Asap Rokok Kretek Agus Salim Bikin Pangeran Philip tak Berkutik

Awalnya, jika pelajar ingin lanjutkan ke perguruan tinggi, ia harus ke Belanda. Tapi, pada 1924 didirikan Technische Hoge School (Sekolah Teknik Tinggi) di Bandung atau ITB sekarang. Pada waktu bersamaan di Batavia didirikan Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hakim). Kini gedungnya ditempati Departemen Hankam di Jl Merdeka Barat.

Tiga tahun kemudian berdiri Sekolah Tinggi Kedokteran yang kini menjadi Fakultas Kedokteran UI di Salemba. Sebelumnya, pada 1851 berdiri STOVIA (Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera) yang pada 1908 para siswanya mendirikan gerakan Budi Utomo, yang dikenal dengan Kebangkitan Nasional.

BACA JUGA: Agus Salim: Memimpin adalah Menderita, Memimpin adalah Melayani

Kalau dilihat pendidikan nasional hanya untuk kepentingan kelompok-kelompok bangsawan atau priyayi, tapi apa bedanya dengan sekarang? Pendidikan sekarang hanya dinikmati kelompok berduit, sementara yang miskin harus tersingkir.

.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
>
Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!

> GP Ansor Bantah Anggota Banser Lecehkan Tsamara Amany: Fotonya Dicatut

> Humor Gus Dur: Pastor Lega Dikira Gak Jadi Diterkam Harimau, Ternyata Harimaunya Lagi Baca Doa Makan

> Sempat Tantang Novel Bamukmin Duel, Denny Siregar: Gak Jadi Deh, Gw Males Bulan Puasa Berantem

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image