Cerita Buaya-Buaya Darat Setiabudi yang Kabur Gara-Gara Kali Krukut Tercemar Limbah Pabrik Batik
BUAYA-BUAYA DARAT SETIABUDI
Di selatan Setiabudi terdapat kampung Karet Belakang, yang oleh warga setempat disingkat Karbela, seperti Bendungan Hilir jadi Benhil, dan Jl Otto Iskandaridinata jadi Otista. Sedangkan Menara Imperium Kuningan yang megah dulu letaknya di Kawi Sawah, karena memang daerah persawahan.
Pasar Festival dan Stadion Kuningan sebelum 1970-an merupakan kuburan. Demikian pula sejumlah kantor dan perhotelan yang terletak di dekatnya, termasuk RS MMC. Pekuburan yang luasnya berhektar-hektar itu merupakan wakaf seorang Betawi yang dermawan, dan tergusur ketika dibangun Kuningan.
BACA JUGA: Gula Tanah Jawa Selamatkan Belanda dari Kebangkrutan Pasca-Perang Diponegoro
.
Seperti dituturkan H Irwan Sjafi’ie, Kali Krukut dekat Pasar Benhil dan RSAL Mintaharjo, dulu banyak buayanya. ”Ketika saya sekolah rakyat, pulangnya saya suka nimpukan buaya yang naik ke darat,” ujarnya.
Buaya-buaya itu akhirnya menyingkir akibat terpolusi oleh bahan-bahan kimia dari industri batik. Puluhan industri batik sampai 1960-an banyak terdapat di Karet Pasar Baru, Karet Tengsin, Setiabudi, bahkan hingga ke Senayan.
BACA JUGA: Sejarah Gaji ke-13 PNS, Diberikan Presiden Soeharto, Rutin dari Presiden Megawati, Berapa Jumlahnya?
Sebagian besar para pengusahanya warga Tionghoa, sedangkan para perajinnya ibu-ibu Betawi, yang membatik di kediaman masing-masing.
Lokasi Gedung Wanita, Departemen Kehakiman, dan puluhan gedung serta kantor pencakar langit, dulu Kampung Karet Pedurenan, yang berbatasan dengan kali dan taman pemakaman umum (TPU) Menteng Pulo, yang hingga kini masih berfungsi. Dulu di belakang RS Mata Aini (Karbela) ada mata air bening yang tidak pernah kering. Mata air tersebut berada di tengah-tengah empang berukuran sekitar 15 X 10 meter.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Gara-Gara Ceramah Semua di Bumi Milik Allah, Santri Sembelih Kambing Kiai tanpa Izin
Masyarakat setempat menggunakan empang tersebut untuk mencuci, mandi dan masak. Di dekatnya terdapat pohon bambu dan beringin hingga oleh penduduk dianggap angker. Kalau sudah magrib, hampir tak ada orang yang berani lewat. ”Banyak hantu dan kuntilanaknya,” kata H Irwan.