Home > Sejarah

Zaman Belanda Wisata ke Puncak Bogor Harus Naik Kereta Kuda, Lewati Hutan dan Bertemu Hewan Buas

Di era Hindia Belanda berlibur ke kawasan Puncak berisiko karena bisa bertemu perampok.

Kawasan Puncak. Sejak era Hindia Belanda, Bogor dan kawasan Puncak menjadi destinasi wisata favorit.
Kawasan Puncak. Sejak era Hindia Belanda, Bogor dan kawasan Puncak menjadi destinasi wisata favorit.

WISATA NAIK TANDU DAN KERETA KUDA

Menurut Tio Ie Soei, dalam tulisannya, Mengenang Lalu Lintas Abad ke-19, lebih dari setengah abad di Grote Postweg jarang tampak orang menunggang kuda atau ditandu, pedati, reiswagen atau baros, kereta pos dan karos, kendaraan-kendaraan masa itu. Kala itu orang yang bepergian jauh, bila naik tandu yang digotong dua atau empat pemikul yang dengan upah Rp 1,25 untuk Jakarta-Bogor dan Rp 2,00 untuk Bogor-Cianjur, harus melewati Puncak.

Karena tidak aman di perjalanan, tak ada wanita muda yang berani melakukan perjalanan seorang diri. Kala itu anak gadis masih dipingit. Mereka tidak naik tandu dari muka rumah, tapi tandunya dimasukkan ke pertengahan rumah. Supaya penumpangnya tidak kepanasan dan kehujanan dan tidak ditonton orang, tandu itu diberi tirai. Kemudian setelah si gadis berada di dalamnya, baru tandu digotong keluar, diantar oleh ayah atau saudara laki-laki.

BACA JUGA: Sejarah Gelar Haji di Indonesia, Diberikan Belanda untuk Redam Perlawanan Umat Islam

.

Selain tandu, untuk perjalanan jauh juga digunakan kahar yang lebih dikenal dengan sebutan kretek atau sado, yang ditarik oleh seekor atau dua ekor kuda kampung yang memuat empat penumpang. Sewanya Rp 12,50 untuk Bogor-Jakarta dan Rp 15,00 Bogor-Cianjur per orang. Seperti juga pedati, beberapa kali sado harus ganti kahar yang disediakan orang kampung di beberapa kampung tertentu.

Jika melewati tanjakan yang berat, dan kuda tidak sanggup menanjak, ia dibantu dorong atau ditarik oleh sapi atau kerbau. Sepanjang Grote Postweg Batavia-Puncak terdapat rumah-rumah pos tempat pengganti kuda-kuda gubernemen tiap enam paal (1 paal = 1.507 meter) di tanah datar dan lima paal di tanah tanjakan (pegunungan).

BACA JUGA: Daendels Bangun Jalan Anyer-Panarukan, Thomas Raffles Pugar Candi Borobudur

Yang disebut rumah pos adalah sebuah bangsal (los) besar panjang dan tinggi. Dalam tempo beberapa menit saja kuda-kuda yang telah lelah berganti dengan yang segar yang tersedia di istal rumah-rumah pos.

Sementara, penumpang yang tengah beristirahat dapat makan dan minum sambil menikmati pemandangan indah dan hawa pegunungan yang sejuk. Dengan naik kahar, Jakarta-Bogor yang berjarak sekitar 60-an km, dapat ditempuh kira-kira dalam delapan jam. Sedangkan Bogor-Cianjur — sekitar 20-an km — membutuhkan 12 jam.

BACA JUGA: Demi Ambisi Kuasai Hindia Belanda, Raffles dan Daendels Berperang Hingga Puluhan Ribu Nyawa Prajurit

Dari Jatinegara Gunung Salak dan Gunung Gede sudah terlihat....

× Image