Home > Hikmah

Cerita Ketua Umum Muhammadiyah Pimpin Yasinan Gara-Gara Dituding Wahabi

Pak AR dipaksa memimpin pengajian malam Jumat, malah ajarkan Yasinan Model Muhammadiyah.
KH AR Fachruddin atau Pak AR. Ketika masih muda, Pak AR dipaksa memimpin Yasinan dan diubah menjadi pengajian Alquran. Foto: IST.
KH AR Fachruddin atau Pak AR. Ketika masih muda, Pak AR dipaksa memimpin Yasinan dan diubah menjadi pengajian Alquran. Foto: IST.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Umat Islam di Indonesia sudah tahu jika warga Muhammadiyah tidak menjalankan tradisi tahlilan, yasinan, atau ziarah kubur. Namun, suatu waktu KH AR Fachruddin atau Pak AR yang pernah menjadi ketua umum Muhammadiyah dipaksa untuk memimpin pengajian malam Jumat dengan membaca tahlil dan Yasinan. Bagaimana ceritanya?

Cerita bermula gara-gara Pak AR dituding Wahabi sehingga beliau dipaksa memimpin pengajian Yasinan untuk meyakinkan warga jika tidak anti-pengajian Yasinan. Padahal, dalam Muhammadiyah tidak mengenal tradisi Yasinan karena disebut tidak ada tuntunannya dalam ajaran Islam.

BACA JUGA: Asal Usul Tradisi Tahlilan dan Yasinan di Malam Jumat, Cara Wali Songo Dakwahkan Islam di Tanah Jawa

.

Cerita Pak AR memimpin pengajian dirawikan Syukriyanto dalam buku Anekdot dan Kenangan Lepas Tentang Pak AR. Dalam buku itu, Syukriyanto yang merupakan anak kandung Pak AR menceritakan ketika masih muda berusia sekitar 18 tahun, ayahnya ditugaskan Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengajar di sebuah sekolah Muhammadiyah yang berada di Ulak Paceh, Palembang.

Di Ulak Paceh, Pak AR muda bertemu seorang ulama terkenal dan disegani. Ulama itu disebut sangat membenci Muhammadiyah, bahkan ia akan bersikap sinis setiap bertemu dengan warga Muhammadiyah, termasuk Pak AR.

BACA JUGA: Alasan Orang Muhammadiyah tak Baca Doa Qunut, tidak Ikut Tahlilan, dan Disebut Anti Ziarah Kubur

Pak AR selalu melewati depan rumah ulama tersebut setiap kali pergi mengajar. Pak AR pun selalu memberi salam meski salamnya tidak pernah dijawab.

Meski ulama tersebut cuek, Pak AR terus memberi salam setiap kali melewati rumah dan bertemu ulama tersebut. Pelan tapi pasti salam Pak AR dijawab, walau hanya dibalas dengan ucapan ‘Salam’ atau ‘lam’, tak ada sebersit pun rasa sesal dalam siri Pak AR.

BACA JUGA: Alasan Kenapa Warga Muhammadiyah tak Pernah Ikut Tahlilan

Pak AR semakin semangat mengucapkan salam pada ulama tersebut setiap kali bertemu. Hingga akhirnya ulama tersebut mau juga menjawab secara lengkap, disertai senyum pula.

Merasa salamnya mulai dijawab, Pak AR lalu...

× Image