Polemik Penolakan Timnas Israel, Ternyata Umat Yahudi Sudah Ada di Indonesia Sejak Zaman Belanda
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Israel sedang menjadi pembicaraan hangat di publik Indonesia menyusul keikutsertaan Timnas Israel di Piala Dunia U-20. Penolakan terhadap kedatangan Timnas Israel U-20 pun kencang berhembus. Namun tahukah Sedulur jika umat Yahudi ternyata sudah berdiam diri di Indonesia, khususnya kota-kota besar seperti Batavia sejak zaman Hindia Belanda.
Sejatinya Indonesia memang selalu menentang keberadaan Israel. Bahkan sebelum keluar dari PBB, Presiden Soekarno dengan lantang menyatakan PBB nyata-nyata menguntungkan Israel dan merugikan negara-negara Arab. Namun sejarah tidak bisa dibantah jika sejak kolonial Belanda, umat Yahudi yang belum memiliki negara saat itu banyak berdiam di Indonesia, khususnya di Batavia.
.
BACA JUGA: Mencicipi Makanan Ternyata Tidak Membatalkan Puasa Ramadhan, Asal tak Tertelan
Pada abad ke-19 dan 20 serta menjelang Belanda hengkang dari Indonesia, ada sejumlah Yahudi yang membuka toko-toko di Noordwijk (kini Jl Juanda) dan Risjwijk (Jl Veteran) — dua kawasan etlie di Batavia kala itu — seperti Olislaeger, Goldenberg, Jacobson van den Berg, Ezekiel & Sons dan Goodwordh Company. Mereka hanya sejumlah kecil dari pengusaha Yahudi yang pernah meraih sukses. Mereka adalah pedagang-pedagang tangguh yang menjual berlian, emas dan intan, perak, jam tangan, kaca mata dan berbagai komoditas lainnya.
Sejumlah manula yang diwawancarai menyatakan, pada tahun 1930-an dan 1940-an jumlah warga Yahudi di Jakarta banyak. Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang. Karena mereka pandai berbahasa Arab, mereka sering dikira keturunan Arab.
BACA JUGA: Buya Yahya: Baru Mandi Wajib Saat Puasa Ramadhan karena Bercinta Sampai Subuh, Puasanya Tetap Sah
Keturunan Yahudi di Indonesia kala itu banyak yang datang dari negara Arab. Maklum kala itu negara Israel belum terbentuk. Seperti keluarga Musri dan Meyer yang datang dari Irak.