Home > Sejarah

Geger Pecinan, Pembantaian Etnis China yang Ratusan Kali Lebih Kejam dari Kerusuhan 1998

Saat peristiwa Geger Pecinan dipercaya 10 ribu warga China dibantai tentara Belanda.

 Pembantaian 10 ribu etnis china di Batavia oleh tentara Belanda dikenal sebagai peristiwa Geger Pecinan.
Pembantaian 10 ribu etnis china di Batavia oleh tentara Belanda dikenal sebagai peristiwa Geger Pecinan.

PERGERAKAN WARGA CHINA DIBATASI

Kemudian, VOC buat peraturan untuk membatasi kedatangan warga China. Mereka yang tinggal di Batavia harus memiliki izin tinggal, berusaha atau berdagang. Tapi, bagi para pejabat VOC hal ini dijadikan kesempatan untuk melakukan pungli.

Belum puas dengan peraturan itu, VOC mengeluarkan peraturan lebih berat. Warga China, baik yang sudah memiliki surat izin tinggal maupun belum, tapi tak memiliki pekerjaan, harus ditangkap. Warga China terguncang, mereka terpaksa tinggal di rumah-rumah dan menutup toko-toko.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp Pro dari Google tanpa Kedaluwarsa, Bisa Auto Balas Pesan

Ratusan warga yang kena razia diberangkatkan paksa ke Sri Langka yang kala itu merupakan jajahan Belanda. Tapi, kemudian tersiar isu, di tengah perjalanan mereka dilemparkan ke tengah laut. Maka gegerlah warga China di Batavia dan sekitarnya.

Mereka lantas membentuk kelompok-kelompok terdiri dari 50 sampai 100 orang dan mempersenjati diri untuk melawan Belanda. Kemudian pasukan VOC yang tengah menuju Benteng (Tangerang) diserang orang-orang China. Pada 8 Oktober 1740 orang-orang China yang berada di luar kota Batavia mulai menyerang kota.

BACA JUGA: Berburu Janda Pejabat Belanda di Batavia, Orang Tionghoa Cari PSK di Mangga Besar

Perlawanan itu menjadi alasan bagi tentara dan pegawai-pegawai VOC untuk melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap etnis China. Jam malam pun diberlakukan di Batavia. Pada 10 Oktober 1740, gubernur jenderal Adrian Volckanier mengeluarkan surat perintah: bunuh dan bantai orang-orang Cina.

Suasana kota sangat kalut. Para prajurit VOC, bahkan kelasi-kelasi yang kapalnya bersandar di Bandar Sunda Kalapa, diminta untuk melakukan pembantaian. Mereka merampok, membakar dan menjarah toko-toko, serta tanpa mengenal malu memperkosa wanita-wanita China.

BACA JUGA: Alasan Warga Tionghoa Hindari Angpao Berisi Uang Bernominal Angka 4

Begitu biadabnya pembantaian itu, hingga para pasien termasuk bayi-bayi yang berada di RS Cina (kira-kira di depan Stasion KA Beos), juga dibunuh. Orang-orang Cina di penjara bawah tanah di Balaikota (stadhuis) yang berjumlah 500 orang, semuanya juga dibunuh.

Untuk menggambarkan dasyatnya peristiwa tersebut, Willard A Hanna dalam buku Hikayat Jakarta menulis, ”Tiba-tiba secara tidak terduga, seketika itu juga terdengar jeritan ketakutan bergema di seluruh kota, dan terjadilah pemandangan yang paling memilukan dan perampokan di segala sudut kota.”

BACA JUGA: Sejak Zaman Kolonial, Belanda Jauhi Orang Tionghoa dari Islam

× Image