Kisah Orang China Muslim Pertama di Batavia, Kaya Raya Lalu Bangkrut Setelah Istri Selingkuh
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Keengganan masyarakat Tionghoa memeluk Islam disebut karena politik kolonial Belanda. Sejak awal penjajahan, Belanda mengadakan politik ‘divide et empera’, dengan memisahkan keturunan Tionghoa dan pribumi, termasuk memberikan kemudahan dan membedakan status sosial mereka.
Seperti dikemukakan Dr Mona Lahonda, pengajar jurusan sejarah UI dan peneliti di Arsip Nasional, sejak awal abad ke-17 sudah banyak para hwakiau (perantau Cina) yang bermigrasi ke Indonesia. Di antara para imigran awal ini termasuk Jan Con (baca: Yang Kong), yang nama Hokiennya adalah Gouw Tjau, seorang Muslim yang datang ke Batavia bersama sekitar 200 orang keturunan Cina dari Banten. Pimpinan rombongan adalah Souw Beng Kong atau Bencon yang kemudian diangkat oleh Gubernur Jenderal JP Coen sebagai kapiten Cina pertama di Batavia.
BACA JUGA: Tak Lagi Terbitkan Koran, Republika Siap Full Digital Agar tak Ketinggalan Kereta dan Zaman
Seperti perantau Tionghoa lainnya, Jan Con yang menjadi sekretaris kapiten Bencon, masih memegang teguh ikatan batin dengan Tong-soa sebutan kerinduan imigran Tionghoa terhadap negeri leluhurnya. Tidak heran, kalau kemudian ia terangkat menjadi seorang konglomerat banyak membantu kerabatnya di daratan Cina. Tapi, sebagai Muslim, ia juga banyak membantu kegiatan keagamaan. Setidak-tidaknya membangun masjid di Kampung Bebek, Angke, Jakarta Barat.
Ia dan orang-orang Tionghoa waktu itu tinggal di sekitar Jl Tiang Bendera, Glodok dewasa ini. Daerah yang kini menjadi pusat pertokoan dan perdagangan, kala itu sebuah perkampungan Tionghoa. Bahkan, di antara menantu kapiten Bencon terdapat seorang Muslim keturunan Tionghoa, bernama Eutje Moedin.
BACA JUGA: Ridwan Saidi dan Kontroversi Fatahillah Seorang Yahudi