Gempa Bumi Hancurkan Istana Bogor
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Sebagian Istana Bogor hancur akibat gempa bumi dahsyat yang terjadi akibat meletusnya Gunung Salak. Tak hanya bangunan istana yang dahulu ditempati Gubernur Jenderal Hindia-Belanda saja yang rusak, gempa yang terjadi pada 10 Oktober 1834 itu juga meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Bogor yang dahulu bernama Buitenzorg.
Gempa itu membuat sejumlah bangunan istana rusak dan harus diperbaiki. Upaya penyelesaian dan penyempurnaan Istana sudah dilakukan, seperti pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851-1856).
BACA JUGA: Timnas Indonesia Ternyata Pernah Lolos ke Putaran Final Piala Dunia
Gempa bumi itu akhirnya mengubah bentuk istana dengan hanya berlantai satu mengikuti gaya Paladio yang populer di Eropa pada abad ke-19. Saat itu bangunan lama yang terkena gempa, dirubuhkan dan dibangun kembali menjadi bangunan baru satu tingkat.
Bangunan istana yang baru itu mempertahankan konsep bangunan induk di tengah dengan masing-masing sebuah bangunan di sayap kanan dan kiri. Untuk menghubungkan satu bangunan dengan bangunan lainnya Van Twist membangun buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung.
BACA JUGA: Rusa Tutul, Dulu Diburu Bangsawan Inggris Kini Jadi Primadona Istana Bogor
Penyelesaian pemugaran bangunan Istana Bogor baru selesai di era kekuasaan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856-1861). Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada 1870 Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderal Belanda.
Istana Buitenzorg yang pernah ditempati 44 gubernur jenderal itu terakhir kali dihuni seorang gubernur jenderal pasca-Belanda kalah di Perang Dunia II. Gubernur Jenderal Tjarda van Starckenborg Stachouwer sebagai penghuni terakhir terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemerintah pendudukan Jepang.
BACA JUGA: Bogor Daerah Perbukitan, Mengapa Bisa Punya Dermaga?
Contoh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang pernah menghuni Istana Buitenzorg adalah Dirk Fock (1921-1926). Ia dikenal sebagai gubernur jenderal yang sangat menyusahkan rakyat karena menaikkan berbagai macam pajak dengan seenak udelnya sendiri.
Ada juga Gubernur Jenderal BC De Jonge (1931-1936) yang hidup di era para pemimpin Indonesia sedang berjuang ke arah memerdekakan Indonesia. De Jonge dikenal sebagai gubernur jenderal bertangan besi. Sejumlah tokoh perjuangan seperti tiga serangkai Soekarno, Hatta, dan Sjahrir menjadi korban penangkapan dan pembuangan ke pengasingan.
BACA JUGA: Kenapa Belanda Banyak Membangun Istana dan Villa di Bogor?