Home > Sejarah

Kisah Pak AR Dituduh Wahabi, Eh Malah Mengajar Yasinan Cara Muhammadiyah

Pak AR dipaksa memimpin Yasinan dan diubah menjadi pengajian Alquran.
KH AR Fachruddin atau Pak AR. Ketika masih muda, Pak AR dipaksa memimpin Yasinan dan diubah menjadi pengajian Alquran. Foto: IST.
KH AR Fachruddin atau Pak AR. Ketika masih muda, Pak AR dipaksa memimpin Yasinan dan diubah menjadi pengajian Alquran. Foto: IST.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Wahabi kini kembali menjadi pembicaraan publik. Bicara Wahabi, warga Muhammadiyah juga kerap dituding berkaitan erat dengan aliran tersebut, tak terkecuali KH AR Fachruddin atau Pak AR. Bagaimana kisahnya Pak AR bisa disebut sebagai Wahabi?

Alkisah Pak AR pernah dituding sebagai Wahabi dan beliau "dipaksa" memimpin pengajian Yasinan untuk meyakinkan jika warga jika tidak anti-pengajian. Padahal, dalam Muhammadiyah tidak mengenal tradisi Yasinan karena disebut tidak ada tuntunannya dalam ajaran Islam.

BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah tidak Tahlilan?

Kisah ini diabad putra Pak AR, Syukriyanto dalam buku ‘Anekdot dan Kenangan Lepas Tentang Pak AR’. Dalam buku itu diceritakan saat Pak AR masih muda berumur sekitar 18 tahun ditugaskan Muhammadiyah di Ulak Paceh, Palembang.

Pak AR muda bertemu seorang ulama terkenal dan disegani di Ulak Paceh. Ulama itu disebut sangat membenci Muhammadiyah, bahkan ia akan bersikap sinis setiap bertemu dengan warga Muhammadiyah.

BACA JUGA: Benarkah Gerakan Muhammadiyah dan Wahabi Berkaitan? Ini Jawaban Haedar Nashir

Setiap mau mengajar, Pak AR selalu lewat depan rumah ulama tersebut dan memberi salam kepadanya. Sayangnya, salam itu tidak berjawab.

Meski ulama itu tidak peduli, Pak AR terus memberi salam setiap kali bertemu ulama tersebut. Pelan tapi pasti salam Pak AR dijawab, walau hanya dibalas dengan ucapan ‘Salam’ atau ‘lam’, tak ada sebersit pun rasa sesal dalam siri Pak AR.

BACA JUGA: Tak Hanya UAS, Ustadz Khalid dan Ustadz Syafiq, Buya HAMKA Juga Pernah Ditolak karena Disebut Wahabi

Pak AR semakin semangat mengucapkan salam pada ulama tersebut setiap kali bertemu. Hingga akhirnya ulama tersebut mau juga menjawab secara lengkap, disertai senyum pula.

Merasa mendapat jawaban salam secara lengkap, Pak AR menghentikan langkahnya dan menjabat tangan ulama itu sambil tersenyum pula. Selanjutnya, terjadilah pembicaraan panjang.

BACA JUGA: Sering Disebut Wahabi, Ustadz Khalid Basalamah Ternyata dari Keluarga NU

”Apa guru orang Muhammadiyah (di Ulak Paceh, Pak AR biasa dipanggil dengan sebutan guru)?” tanya ulama tersebut.

“Ya, saya orang Muhammadiyah yang pernah belajar di Darul Ulum Muhammadiyah Yogyakarta,” jawab Pak AR.

BACA JUGA: Gus Baha: Andai Tahlilan Baik Pasti Dilakukan Sahabat, Gak Mungkin Kan Sahabat Nahlili Nabi Muhammad

“Jadi guru benar-benar orang Muhammadiyah?” desak ulama.

“Ya, saya orang Muhammadiyah.”

“Lha, kok baik? balas Ulama keheranan.

“Siapa bilang orang Muhammadiyah tidak baik?” Pak AR tersenyum.

“Ya, kata orang-orang, Muhammadiyah itu Wahabi, suka mengubah agama dan mengafirkan orang lain,” ucap ulama tersebut.

BACA JUGA: Maulid Nabi Muhammad Disebut Bidah Dhalalah, Bagaimana Pendapat Muhammadiyah?

“Itu kan kata orang-orang. Tapi Angku kan sudah melihat sendiri saya ini orang Muhammadiyah, bukan hanya kata orang-orang,” kata Pak AR bercanda.

“Kalau begitu, besok malam Jum’at, guru saya undang Yasinan. Bagaimana?” pinta ulama.

BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah tidak Mudah Tertipu Dukun?

“Baik, Insya Allah,” Pak AR menyanggupi, meski sedikit bingung karena merasa tak pernah diajari Yasinan.

× Image