Home > Sejarah

Hikayat Kemang, Dulu Wilayah Perkebunan Kini Jadi Musuhnya Air Hujan

Wilayah Kemang yang dulunya adalah daerah perkebunan dan daerah resapan air, kini berubah fungsi menjadi bangunan yang menyebabkan sering terjadinya banjir.

Sejak tahun 1970-an, Kemang telah tumbuh menjadi sebuah daerah yang dikenal secara internasional yang berorientasi menyediakan fasilitas seperti toko kerajinan tradisional, dan klub malam.

Beberapa kampung asli masih ada di belakang kompleks perumahan dan apartemen di Kemang. Kesenjangan yang unik antara komunitas Muslim dan komunitas ekspatriat pun membuat Kemang menjadi terasa seperti sebuah kota tua daripada kota baru.

BACA JUGA: Humor Gus Dur Soal Tukang Becak Dimaki Bodoh oleh Polisi karena tidak Bisa Baca

Saat ini, Kemang diisi dengan berbagai bisnis dan perumahan, serta hotel, bank, pujasera, restoran, kafe, bar, salon, klub malam dan toko-toko yang melimpah. Ada juga lembaga-lembaga akademik dengan standar internasional di sini.

Kemang adalah si eksklusif unik. Di sini, warga Betawi makin terpencil karena kehadiran warga asing dan orang berduit. Mereka tinggal di lorong-lorong kecil, di belakang rumah besar dan mewah. Semakin mahal harga tanah membuat jumlah mereka kian menipis.

BACA JUGA: Sejarah Hari Batik Nasional yang Diperingati Setiap 2 Oktober

Mereka menjual tanahnya dan pindah dari kampung kelahirannya. Sebagian besar dari mereka pindah ke Ciganjur, Jagakarsa, Srengseng Sawah, Cileduk, bahkan ada yang ke Bogor.

Sejak masyarakat asing hadir di kawasan yang luasnya 330 hektar, bermunculan pula galeri seni rupa, toko benda antik, kafe, restoran cepat hidang, restoran tradisional dan Barat. Di Kemang, kita akan mudah mendapati rumah makan yang menyajikan makanan Cina, Jepang, atau masakan Italia serta belasan rumah makan Barat lainnya.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Pernah Disakiti, Penggali Kubur Semangat Injak-injak Kuburan Orang Kaya

Banyak di antara restoran ini yang kemudian berkembang menjadi pub, kafe, klab malam, panti pijat, dan berbagai hiburan lainnya. Di tempat ini para turis lokal dan mancanegara berdatangan, berpasang-pasangan, dan berkencan sampai menjelang subuh.

Setiap pagi dan sore ratusan orang Kemang bersepeda mengantar susu yang dimasukkan ke botol-botol dan disandarkan di stang dan boncengan sepeda mereka.

Sekarang, jangan harap menemukan pemandangan seperti itu. Bukan hanya kebun-kebun menjadi langka tergusur perumahan, peternakan yang dulu merupakan penghasilan rakyat juga ikut sirna. Sudah tidak terdengar lagi sapi-sapi yang melenguh di pagi hari.

BACA JUGA:
> Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh

> Humor Gus Dur: Bikin Heboh Indonesia Mengaku Keturunan China Bermarga Tan di Singapura

> Sujiwo Tejo: Wayang Diharamkan ya Monggo, Toh Sudah Sejak Zaman Sunan Giri

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa mengirimkan saran dan kritik atas konten di KURUSETRA ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image