Home > Sejarah

Tradisi Maulid Nabi di Majelis Habib Kwitang Bertahan Selama Hampir Satu Abad

Nasi Kebuli jadi hidangan pelengkap perayaan Maulid Nabi di Majelis Habib Kwitang.
Soekarno bersendau gurau dengan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsy (Habib Kwitang) serta sejumlah habaib. Foto: IST.
Soekarno bersendau gurau dengan Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsy (Habib Kwitang) serta sejumlah habaib. Foto: IST.

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Maulid Nabi Muhammad sebentar lagi. Umat Islam di Indonesia mayoritas merayakan Maulid Nabi sebagai bentuk kegembiraan.

Di Indonesia maulid diperingati sampai dua bulan kemudian. Salah satu acara Maulid Nabi yang paling meriah adalah yang diadakan di Majelis Taklim Habib Ali Kwitang, Jakarta Pusat.

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Teroris Sudah tak Ada karena Semua Teroris Sudah Jadi Menteri

Bukan saja karena banyaknya pengunjung, tapi sudah berlangsung selama 93 tahun tanpa henti. Maulid Nabi di majelis itu berlangsung tiap Kamis terakhir bulan Rabiulawal.

Maulid Nabi di Kwitang dimulai pada masa Habib Ali Alhabsyi, ulama kelahiran Kwitang tahun 1869, yang meninggal pada 1968 dalam usia 99 tahun Masehi atau 103 tahun Hijriah. Diselenggarakan di kediamannya yang sekaligus tempat kelahirannya.

BACA JUGA: Cerita Penggusuran Makam-Makam Keramat di Jakarta, Dibongkar Ternyata Isinya Kosong

Habib Ali telah menyelenggarakan 51 kali peringatan Maulid Nabi. Setelah Habib meninggal, tradisi itu dilanjutkan putranya, Habib Muhammad Alhabsyi, sebanyak 26 kali. Kemudian, diteruskan oleh cucunya, Habib Abdurahman Alhabsyi, sejak 1994 hingga sekarang (sudah 16 tahun).

× Image