Sabeni, Pendekar Tanah Abang yang Disegani Kampetai Jepang
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Bagi warga Betawi, main pencak silat adalah suatu kemustian. Dulu hampir di tiap kampung terdapat pendekar silat. Mereka sangat disegani, karena tingkah lakunya yang terpuji karena menggunakan ilmu bela dirinya untuk amar ma’fur nahi munkar mengajar manusia ke jalan kebaikan dan mencegah kezaliman. Jauh dari tingkah laku para preman sekarang, yang main palak dan peres dengan kejamnya.
Kalau kita memasuki Jl KH Mas Mansyur dari arah Pasar Tanah Abang, di sebelah kanan jalan terdapat Jl Sabeni. Sabeni adalah pendekar silat Tanah Abang, yang lahir akhir abad ke-19 dan meninggal menjelang proklamasdi kemerdekaan (1945).
BACA JUGA: Seberapa Kaya Kesultanan Banten, Sampai Mampu Bikin Bangsa Eropa Berdatangan
Ada peristiwa menarik yang dialami Sabeni pada masa penjajahan Jepang. Jepang yang tengah berperang melawan Sekutu memerlukan pemuda-pemuda untuk dijadikan Heiho semacam tenaga sukarelawan untuk membantu para prajurit Jepang.
Salah satu putra Sabeni, bernama Sapi’i, yang masih belia seperti juga pemuda lainnya, diharuskan menjadi Heiho. Ia pun ditempatkan di Surabaya. Karena tidak tahan menghadapi perlakuan tentara Dai Nippon, Sapi’ie minggat dari Surabaya dan ngumpet di rumah orang tuanya. Tentu saja pihak Kempetai (Polisi Rahasia Jepang) tidak tinggal diam dan terus mencari keberadaannya. Karena Sapi’ie tidak juga tertangkap, Kempetai menahan Sabeni sebagai jaminan.
BACA JUGA: Cerita Gus Dur Makan Mie Instan di Jepang demi Ngirit Uang Saku
Mengetahui Sabeni kesohor sebagai jago silat, Kempetai ingin mengujinya. Komandannya menantang Sabeni untuk diadu dengan anak buahnya, seorang serdadu jago karate.
”Kalau Sabeni menang, bebas dan boleh pulang,” kata sang komandan, tulis Bang Thabrani dalam buku Ba-be.
Duel berlangsung sengit... baca di halaman selanjutnya...