Home > Budaya

Orang Betawi Condet Makin Tergencet

Condet gagal menjadi kawasan budaya Betawi karena sejumlah faktor, salah satunya karena makin menyempitnya wilayah perkebunan.
Salak Condet. Petugas menunjukkan salak condet yang dipanen di Kebun Cagar Buah Condet (KCBC), Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur. Foto: Republika.
Salak Condet. Petugas menunjukkan salak condet yang dipanen di Kebun Cagar Buah Condet (KCBC), Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur. Foto: Republika.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Bantaran Sungai Ciliwung hingga hingga sekitar tahun 1970-an masih mengalir deras. Sungainya masih lebar dan dalam, sementara pepohonan di sekitarnya sangat rimbun. Pada tahun 2000 bantaran Sungai Ciliwung yang memasuki wilayah Jakarta mengalami penyempitan, seperti di wilayah Condet, Jakarta Timur. Meski pada awal 2020-an ini sudah dilakukan pelebaran dan pengerukan.

Pinggiran sungai menjadi salah satu tempat favorit dihuni manusia. Bahkan beberapa di antaranya sudah jadi perkampungan. Tidak heran bila sebelum dilakukan pengerukan dan pelebaran sungai secara bertahap, 13 sungai yang mengalir di Jakarta, bukan saja makin dangkal, tapi makin mengecil kelebarannya. Banjir pun tiap saat makin meluas.

BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah tidak Mudah Tertipu Dukun?

Melihat keadaan yang sudah sangat memprihatinkan ini, sejak 2006 sejumlah anak di Condet, Jakarta Timur mendirikan ‘Wahana Komunitas Lingkungan Hidup Sungai Ciliwung, Condet.” Dengan motto : ‘Sebatang pohon seribu kehidupan’, para anak muda yang dipimpin Abdulkadir Muhammad dan Budi Setija, telah mengamankan sekitar 20 hektare bantaran sungai Ciliwung di kawasan Condet.

Setelah bekerja tanpa mengenal lelah selama enam tahun, kini hasilnya mulai terlihat. Di markasnya di tepi Ciliwung di Balekambang, mereka menyiapkan ribuan pembibitan berbagai budidaya tanaman, khususnya duku, salak dan melinjo. Ketiga tanaman khas Condet ini, kini semakin langka akibat pesatnya pembangunan perumahan. Sementara, pemborong makin bergairah membangun Condet, yang luasnya 582.450 hektar.

BACA JUGA: Asal Usul Nama-Nama Kampung di Jakarta: Kampung Ambon, Manggarai, Sampai Kampung Bali

× Image