Home > Budaya

Lenong Betawi Ditiru dari Komedi Istanbul dan Teater Bangsawan Bangsa Melayu

Awal 1960-an, lenong nyaris punah, tetapi 1970-an, grup-grup lenong bangkit kembali.

Di tempo doeloe, orang Betawi yang hendak mengadakan keriaan, atau pesta, agar jangan sampai turun hujan biasanya memasang lidi di depan kediamannya. Di atasnya ditusuk bawang dan cabe merah. Rupanya Bang Pa’ul, yang menjadi sahibul bait punya kiat khusus untuk menolak hujan. Ia mengurung kodok di pendaringan.

Cikal-bakal lenong sudah ada sejak abad ke-19. Sebelumnya masyarakat mengenal komedi stambul dan teater bangsawan yang dimainkan dalam bahasa Melayu Riau. Orang Betawi menirunya. Hasil pertunjukan mereka kemudian disebut lenong. Ini terlihat dalam adegan antara raja dan permaisuri (putri), yang menggunakan kata-kata “Adinda kakanda ..”.

Awal 1960-an, lenong nyaris punah. Tetapi 1970-an, grup-grup lenong bangkit kembali setelah mereka diberi kesempatan melakukan pementasan di Taman Ismail Marzuki (TIM). Waktunya pun dipersingkat. Kalau biasanya mereka mengadakan pertunjukan dari malam hingga menjelang fajar, kini dibatasi hanya tiga jam. Dari TIM, kemudian meluas ke televisi dan radio-radio swasta.

Di antara para pemain lenong dan topeng Betawi, yang ngetop saat ini adalah Mandra. Anak kelahiran kampung Ledok, Cisalak, Bogor ini terkenal sejak menjadi kenek oplet dalam sinetron ‘Si Doel Anak Sekolahan’. Para produser film/pengusaha melirik Mandra untuk jadi model iklan. Maka mengalirlah rezeki ke kantong seniman Betawi yang dulu hidup pas-pasan.

Mandra sendiri, yang mengikuti jejak ayahnya menjadi pemain lenong, mengaku hidup sangat susah ketika masih harus mengamen. Saat itu rezekinya tergantung dari uang saweran penonton.

Sebagai ‘bocah ingusan’ dalam usia 7 tahun, bila ada yang menanggap lenong, Mandra dan pemain-pemain lainnya, yang kebanyakan merupakan keluarga, harus berjalan kaki. “Saya masih ingat dulu waktu pergi ke Serpong. Kami berjalan kaki dari Cisalak ke Serpong,” kenang Mandra di awal kariernya 1970-an.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

× Image