Sejak Gas Jadi Bahan Penerangan di Batavia, Tempat Hiburan Malam Pun Merajalela
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Jalan MT Haryono ditutup karena diduga ada kebocoran gas, Rabu (20/7/2022). Bicara gas, konversi minyak tanah ke gas (elpiji) sudah berlangsung beberapa tahun lalu. Hingga kini masyarakat Jakarta khususnya sudah tidak lagi menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak dan diganti dengan gas, baik dari tabung atau gas bumi yang disediakan PT Gas Negara.
Namun ternyata gas sudah masuk ke Jakarta sejak ratusan tahun lalu. Seperti yang terlihat dalam foto di atas yang diabadikan fotografer Woodbury & Page pada 1872, merupakan perusahaan gas kala itu yang dikelola oleh The Nederlandsch Indische Maatschappij berlokasi di Jl Ketapang (kini Jl KH Zainul Arifin) di Jalan Gajah Madah dekat Krukut Jakarta Barat.
Pembangunan pabrik gas dimulai ketika November 1859 Pemerintah Hindia Belanda memberikan kewenangan pada perusahaan L.J. Emhoven & Co dari Den Haag, Belanda untuk membangun penerangan gas di Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara), yang ketika itu masing-masing berdiri sendiri-sendiri.
BACA JUGA: Download WhatsApp GB (WA GB): Kaya Fitur, Mudah, Cepat, dan Anti-banned
Pembangunannya selesai pada 1861 dan penyaluran gas dilakukan oleh perusahaan milik Belanda: Nederlands Indies Gas Company, yang sampai kini masih berlokasi di Gang Ketapang. Sebelum energi listrik dipakai secara luas, pada waktu itu gas buatan telah banyak dimanfaatkan sebagai proses energi di tempat-tempat umum.
Energi gas mulai dioperasikan pertama kali di Batavia di kediaman gubernur jenderal (kini Istana Negara) di Risjwijk (kini Jalan Veteran). Istana Negara semula merupakan perumahan pribadi milik J.A. van Braan. Kediamannya ini sangat luas hingga ke Medan Merdeka Utara (kini Istana Merdeka). Lalu dibeli oleh pemerintah untuk dijadikan kediaman gubernur jenderal.
BACA JUGA: Sujiwo Tejo: Yang Belain Wayang Mungkin Hanya Ingin Gaduh