Naik Haji Diundang Raja Saudi dan Makan Malam Pakai Kambing Guling
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Tahun ini jamaah haji yang datang Arab Saudi dibatasi menyusul pascapandemi Covid-19. Sebelum Covid-19, setiap tahun Kerajaan Arab Saudi mengundang sejumlah umat Islam sedunia menjadi tamu Allah pada musim haji, termasuk umat Islam di Indonesia. Saya beruntung menjadi bagian yang menjadi tamu Allah lewat jalur undangan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
September 1974, setelah selesai meliput kegiatan Presiden Soeharto, saya mendapat telepon dari Departemen Sosial. Pak Bustaman, seorang staf menteri sosial saat itu, memberi tahu bahwa saya ditunjuk untuk melaksanakan ibadah haji. Anda ditunjuk oleh Menteri Sosial HMS Mintaredja SH, kata Pak Bustaman, dari ujung telepon.
BACA JUGA: Download GB WhatsApp (GB WA) Paling Baru: Banyak Fitur Menarik, Resmi dan Anti-banned
Pemberitahuan ini membuat hati saya berbinar-binar, saya merasa, doa saya ketika umrah tahun 1973 dikabulkan Allah. Musim haji 1974, berlangsung antara November dan Desember. Waktu itu, perjalanan haji dengan menggunakan pesawat udara, baru berlangsung sekitar dua tahun. Sebelumnya perjalanan haji harus menggunakan kapal laut sehingga harus menempuh perjalanan berbulan-bulan.
Tahun itu ongkos naik haji (ONH) sebesar Rp 750 ribu dengan tambahan Rp 7.500 untuk Badan Amil Zakat. Seingat saya, penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusumah memerlukan waktu 11 jam dengan transit di bandara negara Uni Emirat Arab. Karena masuk dalam kloter awal, saya dan rombongan waktu itu langsung ke Madinah. Namun, di kota ini saya tidak bisa melaksanakan ibadah Arbain karena baru dua hari berada di kota ini sudah diajak seorang sahabat pergi ke luar kota.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Penggali Kubur Semangat Injak-injak Kuburan Orang Kaya Alasannya karena Sakit Hati
Sahabat saya ini seorang staf KBRI di Damaskus, Suriah. Dia dengan didampingi istrinya bertolak dari Suriah ke Madinah dengan menggunakan mobil sendiri. Saat bertemu dengan saya, dia mengajak saya ke Jeddah ke rumah pamannya.
Selama di Jeddah, saya mampir ke KBRI setempat. Saat itulah, nasib baik menghampiri saya. Atase Pers KBRI di Arab Saudi, Pak Arifin, menawarkan saya untuk menjadi tamu negara. Setiap tahun, Kerajaan Arab Saudi memang mengundang dua wartawan dari negara-negara sahabat untuk berhaji sebagai tamu negara.
BACA JUGA: Profil Tjahjo Kumolo, Agama dan Perjalanan Kariernya dari Politisi Menjadi Menteri
Tentu saja, saya tidak melewatkan kesempatan ini karena menjadi tamu kerajaan, saya mendapat fasilitas sangat istimewa. Untuk perjalanan saya selama di Tanah Suci, disediakan kendaraan Chevrolet tahun 1973 dan tinggal di Hotel Kandara, hotel terbaik di Jeddah kala itu. Setiap pagi mobil siap membawa saya ke Makkah pulang-pergi.