Harimau Jawa Tiba-Tiba Muncul dan Menerkam 14 Penebang Kayu
Keberadaan lapangan ini berkat jasa gubernur jenderal Willem Herman Daendels (1808-1811), ketika ia memindahkan Batavia Lama (Pasar Ikan dan Kota), ke daerah lebih sejuk: Weltevreden. Batas-batas Weltevreden (Ibu kota baru) ketika itu adalah: sebelah utara Postweg (kini Jl Pos) dan Schoolweg (Jl Dr Sutomo), sebelah timur de Grote Zuindenweg (Gunung Sari dan Pasar Senen), sebelah selatan Jl Kramat Raya sampai Jl Parapatan, dan sebelah barat sungai Ciliwung.
Ketika Daendels diangkat sebagai gubernur jenderal dan memindahkan Batavia ke Weltevreden, ia mendapat tugas untuk membangun daerah baru itu sebagai pusat pertahanan militer di tanah Jawa. Karenanya, pada saat Daendels lapangan ini disebut Lapangan Parade.
BACA JUGA: Biografi Singkat Eril Anak Ridwan Kamil yang Meninggal Tenggelam di Sungai Aare
Tiap Minggu sore dengan diiringi orkes dari korps musik militer, kesatuan-kesatuan berparade di sini. AWP Weisel, dalam bukunya Batavia 1858 menulis: ”Korps musik garnizun Batavia yang terlatih baik mempergelarkan beberapa reportoir yang indah dengan sangat baik.” Orkes itu, tulis Weisel, seperti berada di tengah sebuah taman parkir, dikelilingi deretan kereta.
Ketika itu, delman dan sado yang ditarik oleh dua, empat, sampai delapan ekor kuda, merupakan kendaraan golongan elite. Mereka yang datang bersama dan keluarga menonton parade disertai para budak yang memayunginya.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: PM India Tertawa Ada Orang Kencing di Pinggir Jalan Moskow, Ternyata Dubes India
Sebelum adanya Lapangan Parkir Timur Senayan yang dibangun dalam rangka Asian Games (1962), lapangan Banteng jadi kegiatan latihan militer. Bahkan ketika itu, acara Hari ABRI diadakan di lapangan ini.
Pada saat Pemilu lapangan ini juga menjadi salah satu ajang kampanye dari partai-partai politik. Konon nama banteng untuk lapangan ini diberikan oleh Bung Karno. Ia dalam berbagai pidatonya sering menyatakan: ”Bangsa Indonesia adalah bangsa banteng dan bukan bangsa tempe".
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.