Gus Dur Ubah Istana Presiden Seperti Pesantren karena Banyak Kiai Sering Berkunjung
CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Di masa Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, untuk mempermudah komunikasi, keduanya berkantor Bina Graha yang masih masuk dalam lingkungan Istana Merdeka. Kantor kedua kepala negara itu terletak antara Istana Merdeka dan Istana Negara.
Pada masa Presiden Soeharto tempat ini digunakan sebagai Museum Cinderamata. Segala cinderamata yang diberikan sebagai kenang-kenangan dari para tamu luar negeri disimpan di tempat ini.
BACA JUGA: Humor Gus Dur: Sowan ke Istana, Kiai se-Indonesia Malah Bahas Keangkeran Istana Presiden
Pada masa Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, jumlah wartawan istana membengkak termasuk puluhan wartawan radio swasta yang mendapatkan pas Istana. Seleksi sudah tidak lagi ketat seperti pada masa Presiden Soeharto.
Sejak masa Habibie dan kemudian Gus Dur, wajah Istana Kepresidenan sudah tidak angker lagi seperti pada masa Bung Karno dan Pak Harto. Habibie telah menjadikannya sebagai ‘Istana Rakyat’ dengan membuka pintu istana bagi masyarakat, sedangkan, Gus Dur sering menerima para ulama dan kiai di Istana tanpa aturan protokoler yang ketat.
BACA JUGA: Ternyata Arti Kata PMO yang Viral di TikTok Berkaitan dengan "Kepuasaan Sesaat"
Hingga ada yang menyebutkan suasana di kompleks Istana mirip pesantren. Ketika menerima tamunya itu Gus Dur hanya menggunakan sarung, peci hitam, jas, baju putih tanpa dasi, dan bersandal.