Bumi Bulat atau Datar? Simak Penjelasan Gus Baha Berdasarkan Alquran
Kita, kata Gus Baha, juga bisa melihatnya dari kalimat tasbih, Subhanallah. "Kalau kita meyakini bahwa kalimat tasbih kita menambah kesucian Allah, dari yang sudah Maha Suci menjadi lebih suci. Bisa-bisa kita masuk neraka," ucap Gus Baha.
Ia lalu bercerita tentang seorang waliyullah bernama Abu Yazid Al-Busthami pernah mukasyafah (dibukakan rahasia Allah). Beliau membaca Subhanallah, Subhanallah, hingga ditegur oleh Allah.
BACA JUGA: Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
"Abu Yazid, apa yang kau baca?"
"Baca Tasbih ya Rabb".
"Apa itu Tasbih?"
"Menyucikan Engkau Ya Rabb."
"Apakah Aku tidak suci sehingga perlu kau sucikan?"
BACA JUGA: Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja
Mendengar itu, menurut Gus Baha, Abu Yazid menangis kemudian belajar ilmu Nahwu. Karena itu, Sayyid Abdullah Al-Haddad mengatakan, "Hamba mengesakan Tuhan, Maha Suci Allah dari pengesaanku, sedangkan Dia adalah esa. Kalimat itu keluar saking takutnya salah," ucap Gus Baha.
Maka dari itu, kata Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Syeikh Abu Bakar Al-Baqilani, semua lafadz itu tidak bermakna. Yang memaknai itu hati masing-masing. Menurut Gus Baha, bahasa hanyalah media komunikasi karena kalimat tidak selalu benar.
Termasuk ketika Alquran yang membahas bentuk bumi yang ditengarai berbentuk datar. Dalam Surah Al Ghasyiyah Ayat 20, Allah berfirman:
وَاِلَى الۡاَرۡضِ كَيۡفَ سُطِحَتۡ
Artinya: "Dan bumi bagaimana dihamparkan..?"