Home > Sejarah

Pak AR Isi Kuliah Subuh Diboncengi Sepeda Ontel Butut Gara-Gara tak Ada Mobil Jemputan

Pengakuan mahasiswa yang menjemput Pak AR, sepeda yang dinaikinya bersama Pak AR terasa ringan dan berjalan secepat sepeda motor.

Sebagai salah seorang panitia, mahasiswa UMY bernama Syahrirsyah harus memberitahu Pak AR bahwa kuliah subuh batal. (Karena pada masa itu tidak ada telepon genggam seperti sekarang) Dia pun menggowes sepeda dari kampus Asri ke Cik Di Tiro. Sekitar 30 menit kemudian dia tiba di rumah Pak AR.

Keringat bercucuran di tubuh Syahrirsyah. Dengan napas masih tersengal-sengal, ia mengetuk pintu rumah Pak AR dan mengucapkan salam.

“Assalamualaykum Pak AR”.

“Wa’alaykumussalam warahmatullhi wabarokatuh”, Pak AR langsung menjawab dari dalam rumah.

BACA JUGA: Mengapa Orang Muhammadiyah tidak Tahlilan?

Ternyata Pak AR sudah lama menunggu jemputan panitia dan siap berangkat. Begitu melihat ada mahasiswa datang, Pak AR langsung berkata, “Ayo mas, kita berangkat”.

Syahrirsyah bingung dan berkata, “Maaf Pak, saya ditugaskan panitia untuk menyampaikan kepada Bapak, bahwa ceramah ditunda di hari lain. Sopir mobil yang akan menjemput Bapak tidak datang. Kunci mobilnya tidak ketemu.”

BACA JUGA: Gus Baha: Andai Tahlilan Baik Pasti Dilakukan Sahabat, Gak Mungkin Kan Sahabat Nahlili Nabi Muhammad

Lha, panjenengan ke sini nitih menopo? (anda ke sini naik apa?)” tanya Pak AR.

Ngangge sepeda, Pak (pakai sepeda pak)” kata Syahrirsyah.

“Oh ya sudah, kuliah subuhnya tidak usah diganti di hari lain. Pun monggo, sak niki ke kampus UMY ngangge sepeda njenengan mawon. Kulo mbonceng (Ya sudah, mari sekarang kita ke kampus UMY pakai sepeda anda saja. Saya yang membonceng)” kata Pak AR.

× Image